Kamis, 14 Mei 2015

PROFIL NABI MUHAMMAD SAW

MAKALAH
PROFIL NABI MUHAMMAD SAW
Guna memenuhi tugas:
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Prof.Drs.H. Mujiyono Abdillah MA
Description: Description: Description: Description: http://buku-on-line.com/wp-content/uploads/2012/04/Logo-IAIN-Walisongo-Semarang.jpg
Disusun oleh :
Sofiani Novi Nuryanti (132211078)
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014


A.    PENDAHULUAN

a.       Latar belakang

Nabi adalah manusia biasa yang juga terdiri dari unsur-unsur materi, berasal dari air dan tanah melalui proses alami antara Rahim dan tulang belakang, iapun mengalami getirnya kehidupan sebagaimana layaknya manusia lainnya. Hanya saja pada pergolakan hidup Nabi tampak kecenderungan pada keindahan, keadilan dan keluhuran kasih dengan kehidupan rohani. Tingkah lakunya melukiskan langkah kebajikan yang indah dan mewangi, menunjukkan keistimewaan lebih mencorong. Apabila seseorang berhasil menyentuh melalui pemikiran masa-masa sejarah nubuat serta mempelajari biografinya, tentulah ia akan melihat sesuatu yang bermanfaat yang bernilai berikut hasil-hasil yang teramat penting. Dengan menelusuri hakikat dan kenyataanya dapatlah diketahui bahwa sejarah hidup manusia dan potret biografinya merupakan suatu gambaran hakikat rohani. Adapun tokoh-tokoh  manusia yang luhur nan agung itu diketuai oleh “ Muhammad bin Abdullah” yang telah mengangkat tangannya dipadang pasir negri hijaz, menunjukkan gemerlapan cahaya suluh kudus diatas jalan dan pada puncak menara kepada kaumnya yang sedang dilanda kesesatan. Maka dari itu untuk lebih mengetahui kehidupan Nabi Muhammad SAW kami akan memaparkan secara ringkas.

b.      Rumusan masalah
1.      Profil Nabi Muhammad SAW
2.      Apakah benar Nabi Muhammad Nabi yang ummiy?
3.      Apakah nabi Muhammad seorang pemimpin politik atau spiritual?

c.       Tujuan
1.      Mengetahui profil Nabi Muhammad SAW
2.      Mengetahui apa maksud dari ke-ummiyan Nabi Muhamad dan benarkah nabi Muhammad itu ummiy dan hikmah dari ke-ummiyan tersebut.
3.      Mengetahui apakah Nabi Muhammad seorang pemimpin politik ataukah spiritual.
B.     PEMBAHASAN

a.       Profil nabi Muhammad SAW

Muhammad SAW lahir dimekah disuatu tempat yang dikenal dengan Suqul lall, pada hari senin pagi 12 Rabi’ul awal tahun gajah, yaitu tahun dimana pasukan gajah kemekah dibawah pimpinan Abrahah Al-Asyram, raja yaman, untuk mengahncurkan ka’bah bertepatan dengan tanggal 20 agustus 570 Miladiyah[1], dan  Nabi Muhammad meninggal di madinah al-munawarah pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 11 hijriah atau bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632 masehi.[2] Nabi Muhammad SAW adalah anggota bani hasyim dari suku Quraisy.
Nasab Nabi Muhammad dari ayahnya adalah Muhammad bin Abdullah, bin Abdul Mutholib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushai, bin Kilab, bin murrah, bin Ka’ab, bin Lu’ai, bin Ghalib, bin Fihr, bin Malik, bin Annazhar, bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma’ad, bin Adnan.[3] Dan nasab dari ibu beliau adalah Muhammad bin Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Nasab ayah dan ibu beliau bertemu didatuk beliau yang kelima yaitu kilab.[4]
Nabi Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena Abdullah meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah pada waktu beliau berumur 18 tahun. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimatus Sa’diyah. Setelah itu kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya, ketika berumur enam tahun beliau menjadi yatim piatu, Setelah aminah meninggal pada umur 30 tahun di abwa. Abdul Muthalib sang kakek yang telah berumur 120 tahun mangambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun dua tahun kemudian, tepatnya ketika Nabi Muhammad berumur 8 tahun Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih pada pamannya, yang mengasuh dan melindungi beliau sampai beliau menjadi Rasul-NYA.[5]Beliau sempat diasuh oleh delapan wanita yaitu: Aminah, tsuwaibah Al-Aslamiyah, khaulah Binti Al-Mundzir, Halimah Assa’diyah, dan juga tiga orang wanita suka relawan yang berbudi luhur, serta ummu aiman. Dan yang terlama mengasuhnya adalah Halimah Assa’diyah.
 Ketika usia muda Nabi Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk mekah. Pada umur 9 tahun, beliau berlayar ke syam untuk berdagang. Dalam perjalanan di kota Bushra di sebelah selatan syiria, ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairo, pendeta ini mengetahui tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen , lalu pendeta itu menasihati paman Nabi Muhammad agar jangan terlalu memasuki syiria sebab dikhawatirkan orang Yahudi mengetahui tanda-tanda itu dan akan berbuat jahat kepadanya.
Ketika usia dua puluh lima nabi kembali melakukan perjalanan ke syam membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Setelah dua bulan kepulangan Nabi SAW dari syam menikah dengan khadijah yang berumur 40 tahun dan Nabi Muhammad dikaruniai enam orang anak : Qasim, Abdullah, Zaenab, Ruqayyah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua putranya meninggal pada waktu kecil.
Ketika beliau berumur 35 tahun beliau bersatu dengan kaum Quraisy untuk memper baharui ka’bah dan beliau memberikan solusi peletakan hajar aswad pada tempatnya. Beliau terkenal di kaumnya dengan sifat-sifat mulia dan terpuji mereka sangat mencintai beliau sehingga mereka memberi gelar Al-Amin.
Pada umur 40 tahun beliau suka menyendiri untuk menjalankan ibadah di gua hira, beberapa kilometer di utara mekah. Dan pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M malaikat jibril menyampaikan wahyu yang pertama yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5, lalu di susul dengan turunnya wahyu kedua yaitu surat Al-Mudatsir ayat 1-7 dan pada umur 40 pula beliau diangkat sebagai Rasul.
Rosulullah SAW menikah dengan 15 orang istri, beliau memasuki hubungan suami istri dengan 13 orang dan dua orang lainnya dicerai sebelum digaulinya, ketika beliau pulang kerahmatullah meninggalkan 9 istri. adapun istri-istrinya adalah:[6]
1.      Khadijah bin khuwailid
2.      Saudah binti zum’ah
3.      Aisyah binti Abu Bakar
4.      Hafsah binti Umar bin Khattab
5.      Bekas istri Kinanah bin Abi Haqiq
6.      Zaenab binti Khizaimah
7.      Zainab binti Jahasy
8.      Ramlah binti Abi Sofyan (umi habibah)
9.      Salamah binti Abi Umayyah bin Al-Mughiroh Al-Makhzumiyah
10.  Maemunah binta Harits
11.  Shafiyah binti Hayyi bin Al-Akhtab
12.  Juwairiyah binti Al-Harits bin Abi Dhihar
13.  Khaulah binti Hakiem
14.  Umrah (dicerai sebelum digauli)
15.  Aminah binti An-nu’man (dicerai sebelum digauli)

b.      Benarkah Nabi Muhammad SAW sebagai Nabiyyul Ummy?
Jika wahyu dimaknai sebagai 'kalimat' yang langsung dari Tuhan kepada nabi lewat Jibril (entah bagaimana mekanisme transfernya), ke-ummiy-an nabi menjadi logis. Guna menjaga originalitas pesan Tuhan, ke-ummiy-an merupakan 'cara' Tuhan agar tidak tercampurnya kalimat-kalimat Tuhan (melalui Jibril) dengan pemikiran pribadi nabi. Namun, apakah masih logis, untuk sebuah 'pesan' yang berbobot dari Tuhan kepada manusia, disampaikan lewat seorang yang ummiy. Bukankah sebelum kita menyampaikan sesuatu kepada orang lain adalah sebuah keniscayaan bagi kita untuk memahaminya terlebih dahulu. Belum lagi, dalam perjalanannya, penyampaian wahyu kepada umat tak jarang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dikalangan umat yang membutuhkan jawaban dan penjelasan logis dan berbobot (sesuatu yang akan sulit jika dilakukan oleh orang yang ummiy).
Jika wahyu di maknai lain, sebuah ilham, sebuah inspirasi dan kemampuan membaca gejala alam, maka sangat mustahil seorang yang ummiy mampu 'membaca' semua kejadian di alam semesta, kemudian disusun dalam kalimat-kalimat dengan redaksional yang indah dan makna yang berbobot. Fakta lain, kemampuan nabi (sebagai pemimpin ummat) dalam melakukan 'manajemen' umat dengan segala kompleksitasnya sudah sangat teruji. Sesuatu yang mustahil dilakukan tanpa pengetahuan.
Informasi-informasi pra Islam, yang diterima oleh nabi, yang turut mewarnai era sesudahnya (Islam) sangat mungkin karena pergaulan nabi dengan tokoh-tokoh intelektualitas nasrani disekitarnya. Perkawinannya dengan Khotidjah (yang masih kerabat) 'mempertemukan' Muhammad dengan seorang intelektual nasrani (paman Khotidjah), seorang penganut Isa. Nabi (sebagaimana manusia lainnya) dalam perjalanan hidupnya mengalami tahapan proses transfer pengetahuan. Kegalauannya terhadap kondisi umat menunjukkan, bahwa dia seorang yang memiliki kepekaan dan sekaligus intelektual. Gerakannya melakukan 'pembaharuan' tatanan sosial yang carut-marut (ditengah hadirnya risalah Isa) sebentuk 'pertanggungjawaban' nabi atas 'pengetahuan' yang dimiliknya terhadap dinamika masyarakat. Sesuatu yang lumrah dan banyak dialami oleh seorang intelektual. Nabi seorang yang sangat cerdas, melebihi gelar akademik professor untuk era sekarang.
Sungguh naif, jika sekelompok orang menjadikan ke-ummy-an nabi sebagai tameng untuk meyakinkan keaslian ayat-ayat suci. Rasulullah saw. tidaklah buta huruf, melainkan beliau adalah orang yang terpelajar, pandai membaca dan menulis. Rasulullah SAW tidaklah buta huruf, melainkan beliau adalah orang yang terpelajar, pandai membaca dan menulis. setidaknya ada 11 poin alasan-alasan :
1.      Rasulullah tumbuh di lingkungan para pembesar, priyayi (al-Asyraf), maka tentulah beliau bisa membaca dan menulis sebagaimana anak-anak priyayi pada umumnya,
2.      Pada saat Shulhu-Hudaibiyah, disebutkan bahwa beliau menghapus gelar "Rasulillah (Utusan Allah)" yang dituliskan oleh 'Ali bin Abi Thalib, kemudian menggantinya (didasarkan pada redaksi hadits "Katabahu Badalan") dengan "Ibni Abdillah (Anak Abdullah)". Bagaimana bisa beliau mengoreksi dan mengganti jika beliau Ummiy?
3.      Sama seperti kasus di atas, beliau juga pernah mengoreksi surat yang dituliskan oleh Mu'awiyah. Bagaimana bisa beliau mengoreksi dan mengganti jika beliau Ummiy?
4.      Tafsir lafadz di dalam al-Quran tentang "Ummiy" bukan berarti "Buta Huruf", melainkan laqob bagi orang-orang yang tinggal di Ummul Quro. Ummul Quro adalah sebutan bagi Kota Makkah. Jadi, maksud Ummiy bukan buta huruf kan?
5.      Yang dimaksud al-Quran bahwa beliau tidak membaca kitab (buku) adalah Kitab-kitab agama  Samawiy (Yahudi - Nasrani) terdahulu, semisal Injil maupun Taurat. menekankan bahwa beliau memang benar-benar tidak terpengaruh ajaran Yahudi Nasrani saat itu, bukan berarti beliau buta huruf. Iya kan?
6.      Dalam Ali 'Imron 184 disebutkan bahwa Allah ta'ala mengutus Rasulullah untuk membacakan Kitab-Nya, Wahyu, kepada umat mu'minin. Bagaimana bisa seseorang yang diutus untuk membacakan ayat, apalagi mengajarkannya, tetapi dia buta huruf?
7.      Bagaimana mungkin Khadijah, seorang pedagang besar (eksportir), memercayakan dagangannya kepada seseorang yang Ummiy?
8.      Kota Makkah bukanlah dusun kecil, melainkan kota besar yang berperadaban, merupakan kota lalu lalangnya perdagangan antar suku, antar negeri, internasional. Mana mungkin di kota yang semaju ini orang-orangnya buta huruf?
9.      Sebagai pengasuh, Abu Thalib sangat mencintai Rasulullah selayaknya anaknya sendiri. Lalu bagaimana bisa, Abu Thalib tidak mengajarkan membaca atau menulis kepada Rasulullah, sedangkan Ali diajarinya?
10.   Nabi Musa adalah orang yang terpelajar, maka bagaimana bisa Nabi Muhammad lebih utama (afdholu) dari Nabi Musa jika beliau Ummiy?
11.   Disebutkan di dalam Mawaqitus Shalat karya al-Bukhari, bahwa Rasulullah memiliki madrasah, yakni as-Shuffah, di dalamnya diajarkan tentang ilmu, membaca dan menulis, Wahyu, sehingga lahirlah para dai dari madrasah beliau ini. Masing-masing lulusannya mulai diutus ke dusun-dusun untuk berdakwah, mengajar, masing-masing orang mengajar sepuluh orang. Bagaimana bisa beliau mengajar dan menjadi pendidik sesukses ini bila beliau Ummiy?[7]
Selama ini kita difahamkan bahawa ummiy itu bererti orang yang tidak tahu membaca dan menulis, atau dalam istilah lain, buta huruf. Jika begitu fahaman kita artinya kita menganggap baginda orang yang tidak belajar atau seorang yang bodoh. Jika ummiy kita bahaskan perkataan ummiy didasarkan kepada “ibu”, maka :
a.       Ibu kalau dibahaskan secara lahir ia merupakan punca zuriat kerana ibu melahirkan. Jika tidak ada ibu, mana mungkin dapat melahirkan zuriat.
b.      Ibu secara batin atau maknawi pula mempunyai arti yang lebih hebat. Ibu dan ayah pada diri kita ialah akal dan roh. Tanpa akal dan roh, tiada arti apa-apa. Sebab itulah Allah terus bagi ilmu pada Rasulullah tanpa menggunakan alat. Itulah sebabnya Rasulullah dikatakan ummiy iaitu belajar secara terus dari Tuhan. Allah terus campakkan ilmu pada ibu dirinya yaitu akal dan rohnya. Oleh itu salah besarlah jika dikatakan Rasulullah tidak belajar.
Allah memproses hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dengan cara dipandaikan tanpa melalui proses belajar secara biasa. Itulah sebenarnya mukjizat Rasulullah yang cukup agung dan hebat. Ummiy itu adalah lambang kebesaran Rasulullah sebenarnya. Layaklah Rasulullah itu dikatakan ibu, kerana baginda ialah ibu segala ilmu, ibu segala kebaikan, ibu kepada perjuangan, ibu kasih sayang, ibu perpaduan dan lain-lain lagi kerana dari pada segala ibu itulah, lahir ilmu, kebaikan, perpaduan, kasih sayang, perjuangan dan lain-lain. Yang membenarkan dan melayakkan lagi baginda menjadi ibu berlandaskan gelaran ummiy tersebut ialah kerana rohnya atau Nur Muhammad adalah ciptaan Tuhan yang pertama. Dan dari kerana kebesaran dan kemuliaan Nur Muhammad inilah diciptakan langit dan bumi, hewan, tumbuhan, Syurga, Neraka dan lain-lain. Begitulah hebat dan mulianya Rasulullah hingga Baginda dilantik menjadi Penghulu manusia dan namanya diangkat sebaris dengan nama Tuhannya.
c.       Apakah Nabi Muhammad sebagai pemimpin politik dan spiritual ?

Banyak orang yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad merupakan pemimpin spiritual dan politik, pandangan itu merupakan pandangan yang tradisional, karena pada dasarnya Nabi Muhammad merupakan seorang pemimpin spiritual atau pemimpin agama. Indikasi-indikasi yang dapat dijadikan tolak ukur adalah Nabi SAW tidak memiliki pola / sistem politik yang bagus dan masih bersistem sederhana, Islam tidak memiliki sistem politik yang teguh dan Islam hanya memiliki nilai-nilai dasar politik Islam.
Setiap tindakan politik dalam Islam lebih menekankan moralitas dan etika demi kebaikan bersama dan tegaknya nilai-nilai keadilan sosial dalam Islam. Karena itu Islam tidak pernah menyisihkan peranan politik. Melainkan sebaliknya menganjurkan setiap pemeluknya untuk terlibat secara aktif dalam membangun perubahan sosial.[8] Sehingga nilai-nilai ideal dalam Islam dapat membumi ke tengah masyarakat. Nilai-nilai dasar politik yang dimiliki islam dalam Al-Qur’an dan hadits adalah :[9]
a.               Al-Qur’an
1.              Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan ummat.
2.              Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah ijtihadiyah.
3.              Kemestian menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil. 
4.              Kemestian mentaati Allah dan Rasulullah serta Uli al-Amri
5.              Kemestian mendamaikan konflik antar kelompok dalam Masyarakat Islam
6.              Kemestian mempertahan kedaulatan negara dan larangan melakukan agresi
7.              Kemestian mementingkan perdamaian dari pada permusuhan
8.              Kemestian meningkatkan kewaspadaan dalam pertahanan dan keamanan
9.              Keharusan menepati janji
10.       Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa
11.       Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat.
b.              Hadits
1.              Keharusan mengangkat pemimpin
2.              Kemestian pemimpin untuk bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
3.              Kemestian menjadikan kecintaan dalam persaudaraan sebagai dasar hubungan timbal balik antara pemimpin dengan pengikut.
4.              Kemestian pemimpin berfungsi sebagai perisai.
5.              Kemestian pemimpin untuk berlaku adil.



















C.     PENUTUP

a.       Kesimpulan

Muhammad SAW lahir dimekah disuatu tempat yang dikenal dengan Suqul lall, pada hari senin pagi 12 bulan Rabi’ul awal pada tahun gajah dan  dan beliau wafat  pada hari Senin bulan Rabiul Awal tahun 12 hijrah atau bertepatan dengan tanggal 6 Juni 632 masehi. Beliau mempunyai 15 orang istri dan 6 orang anak. Beiau diangkat menjadi seorang rasul ketika umur 40 tahun.
Nabi Muhammad bukanlah seorang yang ummiy, melainkan beliau bisa membaca dan menulis dengan pengajaran bukan seperti seorang manusia biasanya, melainkan beliau belajar dengan luar biasa. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa beliau merupakan seorang pemimpin spiritual (agama) dan politik namun pemikiran tersebut merupakan pemikiran yang tradisional, Nabi Muhammad merupakan seorang pemimpin spiritual.

b.      Kritik dan saran

Demikianlah makalah tentang profil Nabi Muhammad yang telah kami paparkan. Kami menyadari makalah jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua






DAFTAR PUSTAKA
Khalil yasien, Asy Syaikh,1995, Muhammad dimata cendekiawan barat,Jakarta :Gema Insani Press
Yatim,Badri.1993. sejarah peradaban islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
 Abdul Jabbar, umar. Khulasoh nurul yakin .Surabaya: Maktabah Ibnu Ahmad Nabhan
Al-Muhibbin.2011.Terjemah Khulasoh Nurul yakin ringkasan sejarah hidup Nabi Muhammad SAW. Al-muhibbin learning center
Nasr, sayyed husein.1995. Kekasih alloh Muhammad ( kedalaman spiritual dan arti batiniah berbagai episode kehidupannya). Jakarta : PT. raja grafindo Jakarta
http://st287586.sitekno.com/article/10333/nilainilai-dasar-politik-dalam-islam.html





[1] Asy-Syaikh Khalil Yasin, Muhammad dimata cendekiawan barat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995) hal. 24
Menurut fernan 12 Rabi’ul Awal dalam bukunya yang berjudul “maasy syarq” mengatakan bahwa beliau dilahirkan pada 20 agustus 569. Palmer dari inggris dalam terjemahan Al-Qur’annya menyatakan bahwa beliau dilahirkan pada 20 ailul (September) 571 M, dan pendapatnya ini didukung oleh dokter doush dari swiss dalam bukunya “hayatu Muhammad”. Sedang Muler dari jerman dalam bukunya “Al-Isam” menyatakan bahwa yang benar beliau dilahirkan pada 570 milladiah
[2] http://dangstars.blogspot.com/2013/01/sejarah-kelahiran-nabi-muhammad-saw-hingga-wafatnya.html
[3] Asy-Syaikh Khalil Yasin, Muhammad dimata cendekiawan barat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995) hal. 14
[4] Khulasoh nurul yaqin
[5] Umar Abdul Jabbar, Khulasoh nurul yakin (Surabaya: Maktabah Ibnu Ahmad Nabhan) hal. 6
Dr. badri yatim, M.A, Sejarah peradaban islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) hal. 17
[6] Assyekh Khalil Yasien, Muhammad dimata cendekiawan barat, (Jakarta : Gema Insani Press,1995) hal 31-33.
[8] http://www.scribd.com/doc/92581556/Nilai-Dasar-Politik-Islam, Diakses pukul 10.43 tanggal 28 Juni 2014
[9] http://st287586.sitekno.com/article/10333/nilainilai-dasar-politik-dalam-islam.html , Di akses pukul 10.42 tanggal 28 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar