Kamis, 14 Mei 2015

IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH

IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah:
TAUHID
Description: Description: Description: http://buku-on-line.com/wp-content/uploads/2012/04/Logo-IAIN-Walisongo-Semarang.jpg

Oleh:
Safar Utomo (132211080)
Sofiani Novi Nuryanti (132211078)
Muhammad nurul mubarok (132211083)
Anis Sofyan Ali (132211082)
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2013

A.      PENDAHULUAN
a.      Latar belakang
Dewasa ini pengetahuan tentang agama sedikit banyak mulai luntur dari kalangan umat islam sendiri, khusunya kaula muda. Mereka yang mengaku islam, justru kebanyakan tidak tahu mengenai ajaran ( syariat) islam, pedoman islam, asas-asas agama islam, dan lain-lain yang berkaitan dengan islam. Hal semacam ini tentu membuat hati semakin miris. Apalagi kita yang notabene sebagai mahasiswa muslim yang sepatutnya mengenal agama lebih dalam sebagai pedoman hidup, malah tidak mengerti bahkan tidak perduli sama sekali terhadapnya.
Banyak sekali sebenarnya persoalan dalam islam yang memang seharusnya patut untuk kita ketahui sebagai umat islam. Berkaitan mengenai asasnya, agama islam memiliki dua asas yaitu, islam dan iman yang tertuang dalam lima rukun islam dan enam rukun iman.
Berbicara masalah rukun iman, perlu diketahui rukun iman adalah sebagai berikut:
1.      Iman kepada Allah
2.      Iman kepada Malaikat Allah
3.      Iman kepada Kitab Allah
4.      Iman kepada Rasul Allah
5.      Iman kepada Hari Kiamat
6.      Iman kepada Qadha dan Qadar
Lebih dalam mengenai iman kepada malaikat Allah, akan penulis bahas dan jelaskan dalam makalah ini.
b.      Rumusan masalah
1.      Apa arti Iman kepada malaikat ?
2.      Bagaimana hakekat wujud malaikat ?
3.      Bagaimana mengenai jin, iblis, dan syaitan ?
4.      Apa perbandingan antara jin dan manusia ?
5.      Apa hikmah beriman kepada malaikat ?
6.       
c.       Tujuan
1.      Mengetahui arti dari iman kepada malaikat
2.      Mengetahui hakekat wujud dari malaikat
3.      Mengetahui mengenai jin, iblis, dan syaitan
4.      Mengatahui Perbandingan antara jin dan manusia
5.      Mengetahui hikmah dari beriman kepada malaikat

B.      PEMBAHASAN
1.      Arti dan dasar iman kepada malaikat
Iman kepada malaikat merupakan iman kedua setelah iman kepada Allah. Yang dimaksud dengan iman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah itu mempunyai suatu mahluk bernama malaikat, yang selalu taat kepadanya dan mengerjakan dengan sebaik-baiknya tugas yang diberikan Allah kepada mereka.
Yang menjadikan dasar kepada adanya iman kepada malaikat ini, ialah kepercayaan akan kebenaran akan wahyu Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Orang yang mengakui kebenaran Al-Qur’an dan sabda-sabda Rosulullah tentulah mereka akan percaya pula bahwa malaikat itu ada, sebab adanya malaikat diterangkan oleh dua sumber agama Islam itu.
Malaikat termasuk mahluk tuhan yang  ghaib. Hal yang ghaib ialah segala yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Kata ghaib itu sendiri artinya ialah hilang, lenyap, tidak ada. Jadi barang ghaib ialah sesuatu yang hilang atau lenyap atau tidak ada dalam jangkauan panca indra.[1]
Jumlah mereka banyak sekali sehingga tidak ada yang dapat menghitung kecuali Allah SWT dalam As-Shahihain disebutkan hadits yang berasal dari Annas bin Malik tentang kisah mi’raj, bahwa Nabi diperlihatkan Al-Baitul Ma’mur dilangit. Padanya setiap hari terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang menunaikan shalat. Jika mereka itu telah keluar (selesai shalat) meraka tidak akan pernah kembali kesitu.
Iman kepada malaikat mencakup empat perkara :
a.      Iman dengan adanya mereka
b.      Iman dari siapa saja dari mereka yang kita ketahui namanya, seperti jibril. Sedangkan yang tidak kita ketahui namanya, kita imani secara ijmal (global)
c.       Iman dengan sifat-sifat mereka yang kita ketahui seperti sifat jibril dimana Nabi telah menggambarkan bahwa beliau SAW telah melihat jibril dengan sifatnya yang asli yang ternyata mempunyai enam ratus sayap yang dapat menutupi cakrawala.
Kadang kala dengan perintah Allah SWT malaikat dapat berubah (menjelma) dalam bentuk seorang lelaki, seperti yang telah terjadi dalam diri jibril ketika diutus oleh Allah SWT kepada Maryam lalu jibril menjelma menjadi manusia yang utuh (sempurna).
d.      Iman dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan ,ereka yang mereka tunaikan berdasarkan perintah Allah SWT seperti mensucikan-NYA (bertasbih) dan beribadah kepada-NYA siang dan malam tanpa kenal lelah dan tanpa kenal henti.[2]
2.      Hakekat wujud malaikat
Seperti yang telah dikemukakan malaikat adalah mahluk halus, mahluk ghaib. Karena itu bersifat abstrak dan immaterial. Selanjutnya karena keghaibannya ini, maka persoalan yang menyangkut malaikat tidak dapat diketahui oleh manusia dengan akal kemanusiaannya dan hanya dapat diketahui dengan jalan pengkhabaran yang diterima dari Allah sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits-hadits rosulullah yang kuat.
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA malaikat diciptakan tuhan dari Nur (cahaya). Sedangkan jin dari nar (api). Dan sesuai dengan hal ini, maka mereka tidak makan dan minum . juga mereka bukan berjenis laki-laki dan juga bukan berjenis wanita.
Mereka mempunyai keistimewaan, dapat menjelma kealam materi, misalnya menjelma menjadi manusia. Pernah misalnya malaikat jibril merupakan dirinya sebagai seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yang muda dan pantas sikapnya, yang bernama Dahiyah Al-kalbi.
Berbeda dengan manusia dan jin, malaikat tidak ada yang maksiat atau durhka kepada tuhan. Mereka semuanya taat tanpa reserve, mengerjakan dan mengabdi kepada apa saja yang diperintahkan oleh Allah. Demikian diterangkan dalam surat At-tahrim ayat 6:
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“ mereka tidak mendurhakai perintah-perintah Allah dan mereka kerjakan segala apa saja yang diprintahkan kepada mereka” (QS.At-Tahrim : 6)
Pengabdian mereka itu kepada tuhan terjadi secara otomatis, sebab mereka diciptakan semata-mata memang dengan tugas mengabdi kepada-NYA, dan mereka lagi pula tidak diberi nafsu penggoda seperti kepada mahluk yang lain. Oleh karenanya pengabdian mereka kepada Tuhan tidak melalui perjuangan seperti haknya kepada manusia yang dalam mengabdi kepada Allah harus disertai perjuangan gigih melawan hawa nafsunya sendiri. Tapi justru disinilah letak lebih tingginya martabat manusia dibanding martabat malaikat, Manusia harus berjuang dalam hidupnya tetapi malaikat tidak.
Nama-nama malaikat dan tugas mereka masing-masing:
a.      Malaikat jibril; sebagai utusan untuk menyampaikan wahyu tuhan kepada Nabi-nabi/Rasul-rasul-NYA. Jibril kadang-kadang disebul juga Ruhul Qudus (S. Al-Baqarah 87), Ruhul Amin (S. Asy-syuara 193) dan Namus.
b.      Malaikat Mika’il; menyampaikan pembagian rizqi.
c.       Malaikat israfil; meniup serunai sangkakala (terompet) dalam 3 peristiwa, yaitu pada saat terjadinya hari kiamat, pada saat kebangkitan manusia dari kubur, dan pada waktu manusia dipanggil untuk diadili oleh tuhan. (S.Yasin ayat 49,51 dan 53)
d.      Malaikat Izra’il; mencabut nyawa manusia dan mahluk lainya apabila telah tiba (S. As-Sajdah 11, S. An-Nahl 32, S An-Nisa 97)
e.      Malaikat Ridwan; bertugas menjaga surga.
f.        Malaikat malik; bertugas menjaga neraka.
g.       malaikat munkar nakir; bertugas melakukan pemeriksaan pendahuluan kepada orang yang selesai dikuburkan.
h.      Malaikat Raqib dan Atid bertugas menjaga dan mencatat perbuatan-perbuatan manusia. Raqib disebelah kanan mencatat amal baik dan Atid disebelah kiri mencatat amal buruk. (S. Qof 17)[3]
3.      Jin, iblis, dan syaitan
Kata jin menurut bahasa berarti tertutup, tersembunyi, tak kelihatan. Oleh karenanya jin termasuk mahluk halus sebagaimana malaikat.
Asal kejadian jin adalah dari api, yaitu “api yang menyala-nyala” demikian menuirut Al-Qur’an S. Ar-Rahman ayat 15:
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ
“dan dia telah menciptakan jin dari api yang menyala-nyala dan diciptakannya jin oleh tuhan, ialah dengan maksud agar mereka beribadah  atau berbakti kepada Tuhan” (QS. Ar-Rahman: 15)
Al-Qur’an Surat adz-dzariyat ayat 56 menerangkan:
وَمَا خَلَقْتُ اْلجِنّ وَاْلاِنْسَ اِلّالِيَعْبُدُوْنِ
“dan aku tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan agar supaya beribadah kepadaku” (QS. Adz-Dzariat: 56)
Tetapi tidak semua jin mau melaksanakan kewajibannya kepada tuhan. Mereka terbagi dua ada yang mukmin dan ada yang kafir, ada yang sholeh dan ada yang jahat (QS. Jin 11 dan 14). Diantara golongan jin yang beriman, ada yang beriman kepada nabi Muhammad SAW, mengakui kebenaran Al-Qur’an dan mengaguminya mereka mempercayainya. Mereka mempercayai kepercayaan tauhid dan menolak anggapan bahwa tuhan itu beristri dan beranak. Al-Qur’an surat Al-Jin ayat 1-3 yang artinya:
“katakanlah hai Muhammad: telah diwahyukan kepadaku bahwasanya telah mendengarkan sekumpulan jin ( akan Al-Qur’an), lalu mereka berkata : sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an yang menakjubkan. Yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya, dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan tuhan kami. Dan bahwasanya maha tinggi kebesaran tuhan kami, dan bahwasanya maha tinggi kebesaran tuhan kami, dia tidak beristri dan tidak pula beranak”
Jadi diantara bangsa jin ada yang percaya kepada Nabi-nabi dari manusia dan mengamalkan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi-nabi itu. Tetapi disamping itu kepada mereka sesungguhnya juga diutus para rasul tuhan dari golongan mereka sendiri yang menyampaikan ajaran –ajaran Tuhan. Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 130 :
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ
 “hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat KU dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuan denga hari ini? “[4]
4.      Perbandingan jin dan manusia
Manusia dibanding dengan golongan jin mempunyai beberapa persamaan :
Mereka diciptakan tuhan dengan maksud yang sama, yaitu agar berbakti kepada tuhan. Selanjutnya mereka juga sama-sama akan dipinta pertanggung jawabannya oleh Tuhan atas amal perbuatan mereka. (QS. Adzariyat 56, Ar-Rahman 31, dan Al-A’raf 179)
a.      Kedua jenis mahluk tuhan itu sama-sama, ada yang mukmin ada yang kafir.
b.      Mereka banyak disebut secara bergandengan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat pada ayat-ayat yang telah disebutkan dalam surat Ar-Rahman ayat 33 nama jin dan manusia tersebut di sebut secara berurutan.
Kemudian golongan jin ada yang disebut iblis yaitu jin yang tidak taat kepada Tuhan (QS. Al-Kahf ayat 50). Ia membangkang perintah tuhan untuk sujud kepada Adam AS, dengan alasan bahwa ia lebih tinggi derajatnya dari pada Adam.
Dengan sombongnya iblis berkatadalam surat Al-A’raf ayat 12 :
اَنَاخَيْرٌمِنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَارٍوَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ
“saya lebih baik dari pada Adam, engkau ciptakan saya dari api sedang dia engkau ciptakan dari tanah”
Sejak pembangkangannya itu dia dilaknat oleh tuhan terus menerus sampai hari kiamat. Tetapi iblis minta untuk tidak dimatikan lebih dulu, ia dan anak cucunya, sampai hari kiamat. Permintaan itu dikabulkan oleh Tuhan. Denga kesempatan yang luas itu iblis beranji akan menggoda manusia untuk menyesatkan dari jalan yang benar. Adam dan Hawa sendiri akhirnya dapat diperdaya oleh iblis sehingga keduanya memakan “sajarotukhuld” yang menyebabkan keduanya terusir dari dalam surga turun kedunia.
Dalam sebuah hadits Nabi SAW, disebutkan “sesungguhnya syetan itu diberikan bisikan kejahatan dan mendustakan kebenaran, sedang bisikan malaikat kepada kebaikan dan menerima kebenaran. Maka barang siapa yang merasakan bisikan malaikat dalam hatinya, handaklah diketahuinya bahwa itu adalah dari Allah, dan hendaklah ia memuji Allah. Dan barang siapa merasakan satunya lagi (bisikan setan) hendaklah ia menjauhkan diri dari syaitan yang terkutuk itu.” (HR. Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Hibban).
Kemudian dalam surat Al-A’raf ayat 27 Tuhan berseru:
يَا بَنِيْ ادَمَ لَايَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَااَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِنَ اْلجَنَّةِ
“Hai anak-anak Adam! Janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan, sebagaimana ia dapat mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari alam surga
Dalam Al-Qur’an kadang-kadang iblis juga disebut syaitan (QS. Thaha 116-120). Ada yang mengatakan syetan adalan anak turun iblis sebagaimana manusia juga anak turu Adam.
5.      Hikmah iman kepada Malaikat
Sebagai muslim yang memiliki iman kepada malaikat, seseorang akan menunjukkan beberapa perilaku yang mengindikasikan dari rasa keimanannya itu sendiri. Di antara tanda-tanda perilaku dari orang yang beriman kepada Malaikat antara lain :
a.      Bertindak hati-hati dalam berperilaku keseharian
b.      Memiliki kepedulian sosial dalam hidup dengan masyarakat sekitar 
c.       Perilaku yang ditampilkan mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya
d.      Selalu berusaha untuk memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu
e.      Berpikiran positif terhadap berbagai kejadian yang terjadi sekitarnya
f.        Mengetahui akan keagungan Allah SWT, kekuatannya serta kekuasaanya. Keagungan mahluk merupakan bagian dan keagungan khaliq
g.      Terimakasih (syukur) kepada Allah SWT atas perhatian-NYA terhadap bani adam, dimana dia telah memasrahkan kepada sebagian dari pada malaikat itu untuk menjaga (mengawasi) mereka, mencatat amal perbuatan mereka, serta kemaslahatan-kemaslahatan mereka yang lainya.
h.      Mencintai para malaikat atas apa yang telah mereka tunaikan berupa penyembahan (ibadah) kepada Allah SWT.[5]
C.       PENUTUP
a.      Kesimpulan
iman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah itu mempunyai suatu mahluk bernama malaikat, yang selalu taat kepadanya dan mengerjakan dengan sebaik-baiknya tugas yang diberikan Allah kepada mereka. malaikat adalah mahluk halus, mahluk ghaib (Karena itu bersifat abstrak dan immaterial), malaikat diciptakan tuhan dari Nur (cahaya), tidak makan dan minum, bukan berjenis laki-laki dan juga bukan berjenis wanita, Mereka mempunyai keistimewaan, dapat menjelma kealam materi, malaikat tidak ada yang maksiat atau durhka. Nama-nama malaikat : jibril, mika’il, israfil, izra’il, ridwan, malik, munkar, nakir, raqib, atid.
jin termasuk mahluk halus sebagaimana malaikat, Asal kejadian jin adalah dari api, Mereka terbagi dua ada yang mukmin dan ada yang kafir, ada yang sholeh dan ada yang jahat.
Manusia dibanding dengan golongan jin mempunyai beberapa persamaan Mereka diciptakan agar berbakti kepada tuhan, akan dipinta pertanggung jawabannya oleh Tuhan atas amal perbuatan mereka, ada yang mukmin ada yang kafir, Mereka banyak disebut secara bergandengan dalam ayat-ayat Al-Qur’an,
Hikmah iman kepada Malaikat : Bertindak hati-hati dalam berperilaku keseharian, Memiliki kepedulian sosial dalam hidup dengan masyarakat sekitar, Perilaku yang ditampilkan mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya, Selalu berusaha untuk memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu, Berpikiran positif terhadap berbagai kejadian yang terjadi sekitarnya, Mengetahui akan keagungan Allah SWT, kekuatannya serta kekuasaanya. Keagungan mahluk merupakan bagian dan keagungan khaliq, Terimakasih (syukur) kepada Allah SWT atas perhatian-NYA terhadap bani adam, dimana dia telah memasrahkan kepada sebagian dari pada malaikat itu untuk menjaga (mengawasi) mereka, mencatat amal perbuatan mereka, serta kemaslahatan-kemaslahatan mereka yang lainya, Mencintai para malaikat atas apa yang telah mereka tunaikan berupa penyembahan (ibadah) kepada Allah SWT.
b.      Kritik dan saran
Demikianlah makalah tentang iman kepada malaikat Allah yang telah kami paparkan. Kami menyadari makalah jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.















DAFTAR PUSTAKA
Tatapangarsa,humaidi,1979, Kuliah Aqidah Lengkap, Surabaya: Bina Ilmu
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin,1977, Syarah Tsalatsul Ushul, Surakarta :Darul Tsarya.



[1] Drs. Humaidi Tata Pangarsa. Kuliah aqidah lengkap. (Surabaya: Bina Ilmu.1979) hal. 81
[2] Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Tsalatsul Ushul, (Surakarta :Darul Tsarya. 1997) hal. 164-165
[3]Drs. Humaidi Tata Pangarsa. Kuliah aqidah lengkap. (Surabaya: Bina Ilmu.1979) hal. 83
[4]  Drs. Humaidi Tata Pangarsa. Kuliah aqidah lengkap. (Surabaya: Bina Ilmu.1979) Hal. 83-85
[5] Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Tsalatsul Ushul, (Surakarta :Darul Tsarya. 1997) hal. 166

Tidak ada komentar:

Posting Komentar