Kamis, 14 Mei 2015

IBADAH

IBADAH                                   
Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu :
Abdul Hadi
Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBeCqh_-w1dF1JWZxbUYJtYs349E2pJc0tf3N7kVAH5g9EhqXTjOgXoWi2r3sqFk70yIS12qi5hDNPc7xW0ufLW-BOlOEd49suIFwv8aRX7hg5zDRol6Bi_luiv_6pFJ6Y2J-nV9JDC93L/s200/iain-walisongo1.jpg
Disusun Oleh:
Sofiani Novi Nuryanti (132211078)
Safar Utomo (132211080)



FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALI SONGO
SEMARANG

2014

QS AL-BAQARAH AYAT 21
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ٢١
 “ wahai manusia sembahlah Tuhan mu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa
Firman Allah SWT يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ “ hai manusia sembahlah tuhanmu”. Alqamah dan Mujahid berkata setiap ayat yang diawali يايهاالناس  maka ayat itu turun dimekah dan setiap ayat yang diawali يَاَيُّهَااَّلدِيْنَ أمَنُوْ maka ayat itu turun dimadinah.
Al-Qurthubi mengatakan “ ini dibantah dengan adanya يَا أَيُّهَا النَّاسُ di dalam surat ini dan An-Nisa,bukanlah mekah melainkan madaniyah. sedangkan perkataan mereka يَاَيُّهَااَّلدِيْنَ أمَنُوْ itu adalah benar.Urwah bin Zubair pernah berkata : “ayat/surat yang mengandung hukum dan kewajiban maka surat itu turun dimadinah dan ayat atau surat yang menyebutkan tentang umat-umat terdahulu dan adzab maka ayat/surat itu turun di Makkah”.
Ya pada يايها adalah huruf Nida (seruan) Nida dalam Al-Qur’an ada tujuh bentuk :
1.      Nidaa’ madah (seruan pujian) :  يَاَيٌّهَاالنَّبِيْ “Wahai Nabi
2.      Nidaa’ dzamm (seruan celaan) : يَاَيُّهَااَّلدِيْنَ هَادُوْا “wahai orang-orang yahudi”
3.      Nidaa’ tanbiih (seruan peringatan) : يَاَايُّهَااْلاِنْسَانُ “wahai manusia”
4.      Nidaa’ adzafah (seruan tambahan) : يَعِبَادِيْ “wahai hambaku”
5.      Nidaa’ nisbah (seruan dengan menyebut nisbat) :يَابَنِيْأدَم “wahai anak cucu Adam”
6.      Nidaa’ tasmiyah (seruan dengan menyebut nama) : يَدَاوُود “wahai dawud
7.      Nidaa’ ta’nif (seruan dengan teguran keras) : يَاَهْلَ اْلكِتَبِ “Wahai ahli kitab”
Ayyu adalah Munaada mufrat yang harakatnya selalu dhammah. Sedangkan ha untuk tanbiih (peringatan/perhatian). النَّاسُ berada pada posisi rafa’ (berharakat dhammah), sebagai sifat ayyu, menurut sekelompok ulama nahwu, selain Al-Mazini, sebab dia membolehkan nashab karena mengqiyaskan pada kebolehan nashab pada : yaa haadza ar-rajula (wahai laki-laki). Ada juga yang mengatakan bahwa ayyu di dhammahkan sebagaimana di dhammakan al-maqhshud al mufrad (orang yang dipanggil itu sudah diketahui dan tunggal), lalu mereka menambah ha sebagai ganti ya’ kedua, mereka tidak menyebutkan ya’ lagi agar perkataan tidak terputus. Oleh karena itulah mereka menggantinya dengan ha’ hingga perkataan tetap tersambung.
Sibawai berkata “seakan-akan ya diulang dua kali dan isim berada diantaranya, sebagaimana orang arab berkata : haa huwa dzaa
Ada dua pendapat tentang siapa yang dimaksud dengan يَا أَيُّهَا النَّاسُ :
1.      orang-orang kafir yang tidak pernah menyembah Allah hal ini didasari firman Allah, وان كنتم في ريب “ dan jika kamu tetap dalam keraguan” (QS Al-Baqarah ayat 23).
2.      umum, mencakup semua manusia maka kepada orang-orang yang beriman dimaksudkan agar mereka tetap beribadah sedangkan kepada orang-orang kafir dimaksudkan agar mereka segera menyembah Allah. Pendapat yang kedua ini sangat baik.
Firman Allah SWT اعْبُدُو (sembahlah) adalah perintah untuk menyembah Nya . Al-Ibadah disini adalah ungkapan mengesaksan Nya dan menetapi syari’at agamanya. Makna ibadah adalah tunduk dan merendah, Al-Ibadah juga berarti ath-thaa’ah (ketaatan), at ta’abud beribadah , at tanasuk (beribadah).
Firman Allah  الَّذِي خَلَقَكُمْ “ yang telah menciptakan kamu” Allah SWT sengaja memilih penciptaan Nya terhadap mereka diantara sifat-sifat NYA yang lain, sebab bangsa arab mengakui bahwa Allah lah yang menciptakan mereka. Oleh karena itu, Allah SWT menyebutkan apa yang mereka akui sebagai bantahan dan teguran keras terhadap mereka. Ada juga yang menyatakan bahwa tujuannya adalah mengingatkan mereka dengan nikmat Nya.
Makna al khalk ada dua , pertama At-Taqdir (penentuan/pengukuran), Kedua Al-Insyiraa; Al Ikhtiraa’wa al ibdaa’ (mengadakan sesuatu dari ketiadaan). Allah SWT berfirman وتخلقون افكاdan kamu membuat dusta”.
Firman Allah SWT  وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ “dan orang-orang yang sebelum mu“. Jika ada yang berkata “apabila terbukti penciptaan mereka maka jelaslah sudah pencipttan manusia selain mereka . lantas untuk apa ungkapan ini disebutkan lagi?”
Ungkapan ini disebutkan agar peringatan dan nasehat lebih berkesan. Karena itulah Allah SWT mengingatkan mereka dengan orang-orang sebelum mereka agar mereka yakin bahwa Tuhan mematikan orang-orang yang sebelum mereka yang mana dia adalah yang menciptakan mereka sendiri, akan mematikan mereka juga. Selain itu agar mereka merenungkan tentang keadaan orang-orang sebelum mereka dan bagaimana akhir kehidupan mereka, juga agar mereka tahu bahwa mereka akan mengalami seperti apa yang mereka alami.
Firman Allah SWT لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “ agar kamu bertaqwa” la’alla berhubungan dengan u’buduu,  bukan dengan khalaqakum, sebab orang yang diciptakan Allah untuk masuk neraka Jahannam tidak akan dia ciptakan untuk bertaqwa.Ungkapan ini dan ungkapan seperti ini yang ada dalam  firman Allah misalnya لعلكم تعقلون ( agar kamu berfikir) لعلكم تشكرون  (agar kamu bersyukur),  لعلكم تدكرون (agar kamu mengingat), dan agar kamu diberi petunjuk, memiliki tiga takwil :
1.      La’alla berarti at-taraji wa at tawaqqu (pengharapan sesuatu itu teralisir). Namun at-taraji (pengharapan) ini hanya bagi manusia seakan-akan dikatakan kepada mereka, “lakukan itu dengan harapan dan keinginan kuat kalian memahami , mengingat atau bertaqwa.”
2.      orang arab biasa menggunakan la’alla dengan makna agar, tanpa ada keraguan. Maka, makna ungkapan seperti diatas adalah agar kalian memahami, mengingat, dan bertaqwa.
3.      la’alla maknanya at-ta’arrudh li asy syai’I (menghadapi sesuatu). Seakan-akan dikatakan lakukanlah itu dan hal keadaan kalian-menghadap untuk mengerti, mengingat atau bertaqwa. Dengan demikian maka, makna firman Allah SWT لعلكم تتقون adalah semoga kalian menjadikan apa yang diperintahkan Allah sebagai pelindung antara kalian dari api neraka.[1]
AN-NAHL AYAT 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللَّهَ وَاجْتَنِبُواْ الْطَّـغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَـلَةُ فَسِيرُواْ فِى الاٌّرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَـقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ.

“dan sungguh kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan” (QS An-Nahl : 36)
Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah SWT menjelaskan bahwa tindakan yang tepat bagi orang-orang yang musyrik ialah menjatuhkan azab yang membinasakan mereka, seperti dialami oleh orang-orang musyrik sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak dapat memberikan alasan apapun karena Allah SWT telah memberikan bimbingan-Nya melalui rasul. Mereka lebih sering mengikuti ajaran nenek moyang mereka daripada mengikuti wahyu yang membimbing mereka kepada kebenaran. Dalam ayat-ayat berikut Allah menjelaskan bahwa ia telah mengutus kepada tiap-tiap umat seorang rasul untuk memberikan bimbingan wahyu kepada mereka.[2]
Firman Allah SWT وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللَّهَdan sungguh kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk meyerukan) : “sembahlah Allah saja…” Maksudnya hendaknya kalian sembah Allah saja.
وَاجْتَنِبُواْ الْطَّـغُوتَ "dan jauhilah thagut itu“ maksudnya tinggalkan oleh kalian semua sesembahan selain Allah, seperti syaitan, dukun, patung dan semua yang menyeru kepada kesesatan.
فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ “maka diantara umat itu ada orang-orang yang di beri petunjuk oleh Allah” maksudnya, diberi petunjuk kepada agama Nya dan beribadah kepada Nya.
وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَـلَةُ “dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya“. Maksudnya, dengan ketetapan dahulu (qadha) bagi dirinya sehingga dia mati dalam kekufurannya. Hal ini menolak pandangan kelompok Qadariah , karena mereka mendakwahkan bahwa Allah SWT memberikan petunjuk kepada semua manusia dan memberikan taufik (bertemunya kehendak Allah dengan kehendak manusia) kepada meteka untuk mendapatkan petunjuk. Allah SWT berfirman فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَـلَةُ “maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantara orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya” hal ini telah dijelaskan bukan hanya dalam satu tempat saja.
فَسِيرُواْ فِى الاٌّرْضِ “maka berjalanlah kamu dimuka bumi”. Maksudnya berjalanlah dengan menyerap pelajaran dimuka bumi.
فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَـقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ “dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”, maksudnya bagaimana akhir mereka menuju kepada kebinasaan, adzab dan kehancuran.[3]
      Asbabun Nuzulnya:
Dalam Surah An-Nahl ayat 36, ayat ini menghibur Nabi Muhammad Saw, dalam menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima ajakanmu dan ada juga yang membangkang.
Allah mengabarkan kepada kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik umat yang memperoleh atau mendapat petunjuk dari Allah SWT. ataupun umat yang membangkang karena didalamnya terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan menjadi bekal agar manusia tidak terjerumus kedalam lubang yang sama untuk kesekian kalinya.

QS MARYAM AYAT 65
رَبُّ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ وَما بَيْنَهُما فَاعْبُدْهُ وَ اصْطَبِرْ لِعِبادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seseorang yang sama dengan dia (yang patut disembah)” (QS Maryam : 65)
 Alloh SWT berfirman رَبُّ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ وَما بَيْنَهُما  “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya” yakni Tuhan langit dan bumi, pencipta keduanya dan semua yang ada diantara keduanya, pemilik keduanya dan pemilik semua yang ada diantara keduanya, maka selain segala urusan masa berada di tangan Nya, maka demikiaqn juiga segala urusan benda. فَاعْبُدْهُmaka sembahlah dia”  yakni karena itu esakanlah dia. Ini menunjukkan bahwa segala upaya mahluk dilakukan untuk Allah SWT, sebagaimana yang dikatakan oleh ahlul haq dan itulah pendapat yang benar, karena Rabb disini tidak mungkin dimaknai dengan makna-makna lain selain pemilik. Karena dia sebagai pemilik apa yang ada diantara langit dan bumi, maka tentu saja termasuk pula semua upaya para mahluk, sehingga mereka semua wajib beribadah kepada Nya (menghamba kepada Nya), karena telah dipastikan bahwa dialah pemilik secara mutlaq. Hakikat ibadah adalah taat dengan penuh ketundukan, dan tidak ada yang berhak terhadap badah itu selain sang pemilik yang disembah.
وَ اصْطَبِرْ لِعِبادَتِهِ “dan bertaguh hatilah dalam beribadah kepada Nya” yakni dalam menaatinya dan janganlah bersedih hati karena terlambatnya wahyu datang kepadamu, akan tetapi sibukkanlah dirimu dengan apa yang telah diperintahkan. Asal kata ishthabara adalah ishtabara, namun karena beratnya memadukan pengucapan ta dengan shad karena perbedaan makhrajnya, maka ta’nya dirubah menjadi tha’.
هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا apakah kamu mengetahui ada orang yang sama dengan dia (yang patut disembah)? Ibnu Abbas mengatakan “maksudnya : apakah kamu mengetahui adanya anak atau sekutu bagi Nya atau yang menyerupai atau menyetarai Nya yang berhak menyandang nama Nya, yaitu yang maha pemurah. Demikian juga yang dikatakan ole mujahid. Kata ini diambil dari kata al musaamat. Israil meriwayatkan dari simak, dari ikrimah, dari ibnu abbas ia mengatakan “yakni : apakah kamu mengetahui adanya seseorang yang (isyak) dinamai yang maha pemurah”.[4]
QS AL ANBIYA AYAT 25
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُوْلٍ إِلاَّ نُوْحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُوْنِ
“dan tidaklah kami mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: bahwasanya tidak ada tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku” (QS Al-Anbiya :25)
Firman Allah وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُوْلٍ إِلاَّ نُوْحِي dan kami tidak megutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan diwahyukan kepadanya”. Hafsh Hamzah dan Al Kisa’I membacanya  نُوْحِي إِلَيْهِ  (kami wahyukan kepadanya), dengan nun berdasarkan redaksi (sebelumnya): ارسلنا (kami mengutus)
أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُوْن “bahwa tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku” yakni : kami katakan kepada semuanya: tidak ada tuhan (yang hak) melainkan aku.
Qatadah mengatakan “tidak ada seorang Nabi pun kecuali dengan membawa tauhid. Adapun syari’at didalam taurat, injil dan Al-Qur’an memang berbeda, namun semua itu berdasarkan keikhlasan dan tauhid.[5]
QS AL-ANBIYA AYAT 92
إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
“sesungguhya agama tauhid ini adalah agama kamu semua agama yang satu dan akui adalah tuhanmu maka sembahlak Aku” (QS Al-Anbiya :92)
Firman Allah SWT إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً  sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu “ ketika Allah menceritakan para Nabi, Allah mengatakan “mereka semuanya sepakat pada tauhid” jadi yang dimaksud umat yang disini adalah Agama Islam. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid dan yang lainnya. Adapun orang-orang musyrik, mereka menyelisihi semua.
وَأَنَا رَبُّكُمْ “dan aku adalah Tuhanmu” yakni : tuhan kalian hanyalah Aku.  فابدون “maka sembahlah aku”, yakni Esakanlah aku dengan ibadah (penghambaan).[6]
QS ADZ-DZARIYAT AYAT 56
وَمَاخَلَقْتُ اْلجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنَ
“aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”
Firman Allah SWT وَمَاخَلَقْتُ اْلجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنَdan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku”. Ada beberapa pendapat tentang ayat ini yaitu :
  1. Ayat ini hanya khusus mengenai orang yang telah diketahui oleh ilmu Allah bahwa ia pasti akan menyembah Nya oleh karena itu ayat ini menggunakan lafadz yang umum dengan makna yang khusus. Perkiraan makna yang khusus ialah tidak aku ciptakan penduduk surga dari jin dan manusia kecuali untuk menyembah Ku. Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ دَرَأْنَالِجَهَنَّمَ كَثِيْرًامِنَ اْلجِنِّ وَاْلاِنْسdan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia” (QS Al-A’raf: 179). Sementara orang-orang yang memang diciptakan untuk mengisi neraka jahannam tentu saja tidak mungkin diciptakan juga untuk beribadah, oleh karena itu ayat diatas kemungkinan besar dimaksudkan kepada orang-orang yang beriman saja.hal ini sama persis seperti yang disebutkan dalam firman Allah SWT,قَالَةِاْلاَعْرَابِ ءَامَنَّا “orang-orang arab badui itu berkata: kami telah beriman” (QS Al-Hujurat:14). Dimana tidak semua orang badui mengatakan mereka telah beriman hanya sebagian mereka yang mengatakan itu.Pendapat ini diperkuat oleh qira’ah yang dibaca oleh Abdullah yaitu : “wamaa khalaqtu al jinna wal insa minal mu’minin illa liya’budun” (dan tidak aku ciptakan jin dan manusia dari golongan orang-orang yang beriman, kecuali untuk menyembah-Ku).
  1. Ali bin Abi Thalib menafsirkan, makna ayat diatas adalah tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali aku perintahkan mereka untuk beribadah. Pendapat inilah yang disandarkan oleh Az-Zajjaj, ia menambahkan hal ini sesuai dengan firman Allah وَمَااُمِرُوْاِلَّالِيَعْبُدُوآإِلَهًاوَحِدَ “padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa” (QS At-Taubah : 31)
Apabila dikatan bagaimana mungkin ada manusia yang berbuat kafir kepada Allah padahal mereka diciptakan untuk bersaksi atas ke-Tuhanan-Nya dan tunduk kepada perintah dan kehendak-Nya?
Mereka memang harus tunduk kepada takdir yang ditetapkan atas mereka,karena takdir mereka pasti akan terjadi dan mereka tidak akan mungkin mampu untuk menghindar darinya. Mereka hanya berbuat kafir kepada perbuatan yang diperintahkan kepada mereka, sedangkan tunduk kepada takdir Nya itu tidak dapat dihindari.
  1. Ibnu Abbas yang disampaikan oleh Ali bin Abi Talhah menyebutkan, makna firman Allah “ melainkan supaya mereka menyembah Ku” adalah melainkan agar mereka mau beribadah dengan suka rela ataupun terpaksa. Sementara mereka yang melakukannya secara terpaksa itu adalah orang-orang yang diperbuatnya dilihat oleh orang lain, tidak mutlak hanya karena Allah SWT.
  2. Mujahid menafsirkan bahwa makna firman tersebut adalah “melainkan untuk mengenal Ku” pendapat ini mengundang komentar dari Ats-Tsa’labi, ia mengatakan pendapat mujahid sangat baik sekali alasannya karena memang apabila Allah tidak menciptakan mereka, maka tentu mereka tidak akan mengetahui keberadaan Nya dan ke Esaan Nya. Dalil yang dapat memperkuat penafsiran ini adalah firman Allah SWT, وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ الله “dan sungguh jikan kamu bertanya kepada mereka : siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab Allah” (QS Az-Zukhruf :87). Juga firman Allah SWT yang artinya “dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Niscaya mereka akan menjawab : semuanya diciptakan oleh yang maha perkasa lagi maha mengetahui” (QS Az-Zukhruf: 9).
Sebuah riwayat lain dari mujahid yang menafsirkan ayat ini menyebutkan, bahwa makna dari kalimat tersebut adalah: melainkan agar aku dapat memerintahkan dan melarang mereka.
  1. Zaid bin Aslam menafsirkan, maksud dari firman Allah tersebut adalah mengenai kesengsaraan dan kebahagiaan yang diciptakan untuk jin dan manusia sebelumnya, yakni mereka yang akan merasakan kebahagiaan diakhirat nanti adalah memang diciptakan untuk beribadah sedangkan mereka yang akan merasakan kesengsaraan diakhirat nanti adalah jin dan manusia yang diciptakan senang berbuat maksiat.
  2. Al-Kalbi menafsirkan ayat ini menyebutkan bahwa maknanya adalah melainkan agar mereka dapat mengesakan Aku, dimana orang-orang yang beriman akan mengesakan Aku pada saat senang ataupun sengsara. Sedangkan orang-orang kafir hanya mengesakan Aku pada saat mereka kesulitan saja, tidak pada saat mereka mendapatkan kesenangan. Hal ini ditunjukan pada firman Allah yang artinya “dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung mereka menyeru Allah, dengan memurnikan ktaatan kepada Nya” (QS luqmaan :32)
  3. Ikrimah menafsirkan, maknanya: melainkan hanya untuk menyembah Ku, agar Aku dapat memberi pahala bagi siapa saja yang rajin beribadah dan aku akan menghukum bagi siapa saja yang ingkar.
  4. Ada juga yang menafsirkan bahwa maknanya adalah melainkan Aku meminta mereka untuk menyembah Ku. Sementara makna yang disebutkan ini tidak jauh berbeda dimana kata ‘abada adalah menyembah dan makna awal dari ‘ubudiyah (mempersembah) adalah tunduk dan patuh terhadap yang disembah. Sedangkan makna dari kata ta’bid, I’tibaad dan istib’aad adalah menundukkan atau mengambil seseorang untuk dijadikan hamba. Kata ibadah maknanya adalah taat, adapun ta’abud artinya adalah melaksanakan peribadatan.
Oleh karena itu makna utama untuk kata “liya’buduun” pada firman diatas adalah agar mereka tunduk, patuh, dan melakukan peribadatan.[7]
Asbabun nuzul :
Ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT
PENUTUP
Demikianlah makalah tentang iman kepada malaikat Allah yang telah kami paparkan. Kami menyadari makalah jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi, Syaikh Imam.2008. Tafsir Al-Qurtubi jilid 17.Jakarta : Pustaka Azam
Shihab,Moh Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah Vol:03.Jakarta: Pustaka Lentara hati


[1] Syaikh Imam Al-Qurthubi. Tafsir Al-Qurtubi jilid 2. (Jakarta : Pustaka Azam. 2008). Hlm 516-521
[2] Moh Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Vol:03, (Jakarta: Pustaka Lentara hati, 2002), hal:224
[3] Syaikh Imam Al-Qurthubi. Tafsir Al-Qurtubi jilid 10. (Jakarta : Pustaka Azam. 2008). Hlm. 256-257
[4] Syaikh Imam Al-Qurthubi. Tafsir Al-Qurtubi jilid 11. (Jakarta : Pustaka Azam. 2008). Hlm. 340-347
[5] Syaikh Imam Al-Qurthubi. Tafsir Al-Qurtubi jilid 11. (Jakarta : Pustaka Azam. 2008). Hlm. 750-751
[6] Syaikh Imam Al-Qurthubi. Tafsir Al-Qurtubi jilid 11. (Jakarta : Pustaka Azam. 2008). Hlm. 899-901
[7] Syaikh Imam Al-Qurthubi. Tafsir Al-Qurtubi jilid 17. (Jakarta : Pustaka Azam. 2008)Hlm 293-297

Tidak ada komentar:

Posting Komentar