Rabu, 25 November 2015

PENGERTIAN ISLAM DAN BUDAYA JAWA



 I.                  PENDAHULUAN
Kaitannya dengan islam adalah sebagai agama, terdengar sangat suci sekali jika melihat dari kandungan ajarannya langsung bersumber dari wahyu illahi yaitu Al-Qur’an. Bagaimana tidak jika pembahasannya yang biasa kita dengar adalah tentang dosa dan pahala, ditambah lagi  dengan bahasa orang tua kita (masyarakat jawa) pada umumnya mereka sangat tidak asing lagi jika melarang sesuatu pasti dengan menggunakan ungkapan “ora ilok/awas dosa”, dan setelah itu ungkapan kata selanjutnya “nek dhuso mlebu neraka/kalau dosa masuk neraka”. Namun dari sisi lain dibalik ungkapan semacam itu justru lebih mengena dan mudah dimengerti bagi masyarakat jawa khususnya terlebih dalam mendidik kebiasan anak setiap harinya.
Hal demikian melahirkan kesan bahwa nilai-nilai budaya Jawa lebih kuat membentuk peradaban Islam di Jawa. Sebab, loyalitas yang muncul merupakan bentuk ketertundukan, kepatuhan, dan rasa hormat yang tinggi kepada yang lebih tua, dalam bahasa jawanya yang terkenal dengan ungkapan “sendiko dawuh”. Maka tradisi membantah mengkritik, bahkan mengoreksi yang lebih tua tidak pernah terjadi. Sebab itu menjadi sesuatu yang negatif, setingkat dengan su’ul adab dalam syari’at  Islam.
Oleh sebab itu pemahaman arti Islam dan budaya Jawa menjadi hal yang sangat penting agar tidak terjadi salah pemaknaan terhadap Islam dan budaya Jawa itu sendiri. Dan dalam makalah ini, kami akan dijelaskan tentang pengertian, batasan wilayah (budaya), ciri-ciri budaya Jawa dan masyarakatnya dan tujuan mempelajari Islam dan budaya Jawa.
II.                  RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Pengertian Islam dan Kebudayaan Jawa
B.     Apa Batasan Wilayah Budaya Jawa
C.     Apa Ciri-ciri Budaya Jawa dan Masyarakatnya
D.    Apa Tujuan Mempelajari Islam dan Budaya Jawa
III.                  PEMBAHASAN
A.              Pengertian Islam dan Kebudayaan Jawa
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. Pengertian Islam secara  harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu Sin (س), Lam (ل), Mim (م) yang bermakna dasar "selamat" (Salama). Pengertian Islam dari kata tersebut sudah cukup mengandung pesan bahwa kaum Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih dan suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika melaksanakan risalah Islam.
Kebudayaan berasal dari cultuur (bahasa belanda) = culture (bahasa inggris) = tsaqafah (bahasa arab) berasal dari perkataan latin yaitu colore yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan atau bertani. Dari segi istilah, budaya adalah segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.[1]
Ditinjau dari segi bahasa indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansakerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan, bahwa kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata budidaya, yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa da rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.[2]
Adapun beberapa ahli yang merumuskan definisi kebudayaan secara sistematis dan ilmiah diantaranya:
a.                   E.B. Taylor dalam bukunya “primitive culture”mengatakan bahwa Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
b.                   R. Linton dalam bukunya “the cultural background of personality”, mengatakan bahwa Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya di dukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.[3]
c.                   M. Jacobs dan B.J. Stern mengatakan bahwa Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial.
d.         Koentjaraningrat mengemukakan bahwa: Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.[4]
e.                   Drs. Sidi Gazalba mengatakan Kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu.
f.                   Dauson dalam bukunya”Age Of The Gods”, Kebudayaan adalah cara hidup bersama (Culture is a common way of life).

g.                  Dr. Moh. Hatta mengatakan  Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.

h.                  Mangunsarkoro mengatakan Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya.

i.                    Haji Agus Salim: Kebudayaan adalah merupakan persatuan istilah budi dan daya menjadi makna sejiwa dan tidak dapat di pisah-pisahkan.
Sedangkan ahli sejarah mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan antropologi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan.[5] Dan kebudayaan jawa menurut pandangan islam adalah kebudayaan yang kental dengan ajaran-ajaran agama islam dan telah merasuk dalam masyarakat jawa dan bangsa Indonesia pada umumnya, dan menjadikan ciri khas secara turun temurun kepada anak cucu mereka.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B.              Batasan Wilayah Budaya Islam
Negara Indonesia merupakan negara yang begitu banyak ragamnya, mulai dari bahasa, suku, budaya, bahkan agama. Dengan corak ragam itulah kita bisa mengetahui perbedaan dan ciri khas karakter seseorang. Contoh pada masyarakat Jawa, kita dapat mengenal seorang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan ragam dialeknya secara turun temurun. Suku bangsa Jawa adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut. Secara geografis suku bangsa Jawa mendiami tanah Jawa meliputi Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang dan Kediri. Sedangkan di luar itu dinamakan Ujung Timur. Surakarta dan Yogyakarta yang merupakan dua bekas kerajaan Mataram pada sekiatar abad ke- 16 adalah pusat dari kerajaan kebudayaan Jawa. Keduanya adalah tempat terakhir dari pemerintahan raja-raja Jawa.[6]
Nenek moyang  suku bangsa Jawa tidak berbeda jauh dari suku-suku bangsa Indonesia lainnya yang menempati Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sumatra dan Jawa yang disebut daratan Sunda. Semula wilayah ini masih menjadi  satu dengan benua Asia sebelum es mencair dan memisahkan keduanya. Dari sisa peninggalan masing-masing budayanya dimungkinkan ada hubungan darah  di antara suku-suku tersebut, terutama dengan bangsa Asia Tenggara terutama Indo  China. Sementara itu, dibagian timur adalah dataran Sahul, yang memunculkan Irian dan Australia. Antara Sunda dan Sahul tersebar pulau-pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Banda dan Filipina.[7]
Sebagaimana sudah menjadi wacana yang tidak asing lagi bahwa masyarakat Jawa sejak sebelum datangnya islam ke dalam kehidupan mereka, mereka telah memiliki kepercayaan yaitu agama Hindu dan Budha, yang pada masa itu berada di bawah pemerintahan kerajaan Majapahit. Masyarakat mengikuti kebudayaan yang telah ada dalam diri mereka. Dan pada dasarnya budaya Jawa berasal dari manifestasi kepercayaan mereka terhadap Tuhan yang mereka sembah dan mereka percayai seperti pada masa Hindu-Budha masuk ke dalam kehidupan mereka.
Kebudayaan yang ada pada masyarakat Jawa sebelum datangnya agama di tanah Jawa yaitu bagaimaa cara mereka menghormati para leluhur mereka dengan cara memberikan sesajen lewat upacara adat sesuai dengan kepercayaan mereka. Sampainya pada masa Hindu-Budha masyarakat Jawa di ajak untuk memeluk agama tersebut dengan memberikan wadah apa saja yang orang jawa yakini dan mereka masih memeluk agama animisme dan dinamisme.
Setelah masuknya  agama Islam di tanah Jawa, kebudayaan Jawa yang asli tidak di tinggalkan, melainkan diakulturasikan dengan ajaran Islam yang bertujuan untuk menyembah kepada Allah SWT. Seperti dalam budaya mengirim sesaji kepada orang yang telah meninggal atau orang yang dianggap sesepuh oleh mereka melalui upacara tahlilan.[8]
C.              Ciri-ciri Budaya dan Masyarakat Jawa
a.       Budaya Jawa
Kebudayaan suatu daerah merupakan ciri dari daerah tersebut, begitu juga kebudayaan Jawa merupakan ciri dari orang-orang Jawa. Maka dari itu kita sebagai orang Jawa harus mempertahankan budaya kita sendiri. [9]
Ciri-ciri budaya Jawa adalah bersifat:
a.       Religious
b.      Dogmatis ( bersifat mengikuti suatu ajaran tanpa kritik sama sekali)
c.       Toleran (menghargai)
d.      Akomodatif ( bersifat dapat menyesuaikan diri)
e.       Optimistik
d.      Masyarakat Jawa
Masyarakat jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup karena sejarah, tradisi, maupun agama. Hal ini dapat dilihat pada ciri-ciri masyarakat jawa secara kekerabatan. Sistem hidup kekeluargaan di jawa tergambar dalam kekerabatan masyarakat jawa. Di jawa, anak-anak sering dibesarkan oleh saudara-saudara, orang tua mereka, bahkan oleh tatangga, dan anak acap kali di angkat. Hukum adat menuntut setiap orang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarganya dan masih dituntut untuk bekerja membantu karabat lain dalam hal-hal tertentu seperti mengerjakan tanah pertanian, membuat rumah, memperbaiki jalan desa, membersihkan lingkungan pekuburan dan sebagainya. [10]
Ciri-ciri utama atau sifat dasar tersebut telah melahirkan corak, sifat dan kecenderungan yang khas bagi orang Jawa yang diantaranya adalah:
a.    Percaya kepada Tuhan yang Maha Esa, dengan segala sifat, kekuasaan dan kebesaran-Nya.
b.    Bercorak identitas, percaya kepada sesuatu yang bersifat imateril (bukan kebendaan) dan hal-hal yang bersifat adikodrati (supranatural=batin) serta cenderung ke arah mistik.
c.    Lebih mengutamakan cinta kasih sebagai landasan pokok hubungan antar manusia.
d.   Percaya kepada takdir dan cenderung bersikap pasrah.
e.    Bersifat konvergen (menyatu), universal dan terbuka.
f.    Cenderung pada simbolisme.
g.   Cenderung pada gotong-royong, guyub, rukun dan damai.
h.   Cenderung tidak fanatik.
i.     Luwes dan lentur.
j.     Mengutamakan rasa ketimbang rasio.
k.   Kurang kompetitif dan kurang mengutamakan materi.[11]

Ungkapan Jawa yang mengandung nilai pedagogis/moral antara lain:
a.       Aja Dumeh
Aja dumeh ungkapan sederhana tetapi mengandung arti menadalam . bila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia artinya jangan sok. Pengertian aja dumeh adalah suatu sikap seseorang yang mendorong untuk berbuat sewenang wenangnya menurut kehendak sendiri, sehingga lupa diri.
b.      Tepa Selira
Tepa selira secara sederhana dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tenggang rasa. Tepa selira merupakan perilaku seseorang yang mampu memahami perasaan orang lain. Dengan demikian orang yang mempunyai tepa selira tidak akan bertindak sewenang-wenang jika ia menjadi pemimpin. Kalau dicubit merasa sakit, ya, jangan mencubit. Tepa selira artinya mampu memahami perasaan orang lain (empati).
c.       Mawas Diri
Mawas diri adalah menandakan penelitian dan memeriksa di dalam hati nurani, apakah tindakan yang dilakukan sudah benar sesuai dengan noram-norma dan tata nilai ataukah belum. Mawas diri identik dengan intropeksi.
d.      Budi Luhur
Bagi masyarakat Jawa dalam mendidik putra-putrinya semenjak mereka kecil sudah dididik menimbang baik dan buruknya suatu perbuatan.
e.       Sikap utama
Untuk mendukung budi pekerti luhur, masyarakat jawa perlu memiliki sikap utama yaitu suatu sikap yang selalu mengarah hal-hal yang baik atau utama. Sikap utama telah diuraikan panjang lebar pada bagian depan buku yang dikandung dalam serat wulang reh karangan sri susuhunan pakubuwono IV dalam syair-syair tembang secara singkat seperti dalam syair dhandhanggula, kinanthi, dan sebagainya.
f.       Sikap Gugontuhon
Gugontuhon adalah suatu sikap orang Jawa yang percaya adanya takhayul yang ditandai dengan pemikiran yang kurang logis. Gugontuhon berasal dari kata gugu artinya taat dan setia terhadap nasihat orangtua.
g.      Sikap Wani Tombok
Wani tombok berarti menanggung rugi demi harga diri. Sikap wani tembok bagi masyarakat Jawa adalah sikap berani menanggung risiko atau rugi.
h.      Mendhem Jero Mikul Dhuwur
Mendhem jero artinya menutupi lubang sedalam-dalamnya dengan tanah yang telah digali, mikul dhuwur artinya mikul= memikul; dhuwur= atas. Jadi arti harfiahnya yaitu menutup lubang sampai sedalam-dalamnya dan memikul sampai atas. Maksud ungkapan di atas adalah kita sebagai anak atau generasi penerus harus melenyapkan keburukan, kejelekan atau kesalahan orangtua apalagi kalau orangtua kita sudah meninggal dunia.
i.        Sifat Gemi, Nastiti dan Ngati-ati
Gemi artinya pandai berhemat, nastiti  artinya cermat dan ngati-ati artinya selalu berhati-hati.
j.        Jer Basuki Mawa Beya
Hakikat dari ungkapan tersebut adalah segala sesuatu yang kita cita-citakan harus disertai dengan usaha sungguh-sungguh.[12]
k.      Alon-alon Waton Kelakon
Alon-alon waton kelakon artinya meskipun perlahan-lahan dalm melaksanakan sesuatu, tetapi sudah ada kepastian bahwa apa yang kita tuju akan tercapai.
l.        Ajining Dhiri Saka Obahing Lathi
Arti dari ungkapan tersebut adalah harga diri seseorang tergantung dari apa yang dikatakan. Maksudnya tidak asal menggerakn bibir saja (obahing lathi) asal omong saja, tetapi apa yang diucapkan perlu dipertimbangkan baik-baik.
m.    Slumun, Slumun, Slamet (3S)
Ungkapan itu adalah bagaimana usah kita di manapun, kapan pun, dan dalam keadaan apa pun yang penting adalah dapat selamat.[13]
e.                Tujuan mempelajari Islam dan Kebudayaan Jawa
Tujuan mempelajari Islam dan kebudayaan Jawa diantaranya:
1.        Memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan rasa kesadaran kebudayaan yang mencakup suatu sikap perlunya memelihara budaya
2.      Spiritualisme, mendorong masyarakat untuk mengimbangi derasnya arus konsumerisme budaya tersebut  dalam era globalisasi melalui peningkatan pendidikan dan keimanan.
3.      Perlunya peran seluruh elemen masyarakat termasuk pemerintah untuk membantu masyarakat melalui pemberian penghargaan karya seni, mendorong agar masyarakat yakin tetap berpedoman pada kebudayaan Jawa sehingga dapat berperilaku sebagaimana orang Jawa (nJawani) dan mencari jalan bagaimana meningkatkan penggunaan bahasa Jawa terutama Kromo inggil.
4.        Untuk menghindari gegar budaya yang berkonsekuensi adanya pertentangan yang disebabkan karena adanya kesalahpahaman terhadap kombinasi antara Islam dan kebudayaan Jawa. [14]

IV.                  KESIMPULAN
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. Pengertian Islam secara  harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu Sin (س), Lam (ل), Mim (م) yang bermakna dasar "selamat" (Salama). Pengertian Islam dari kata tersebut sudah cukup mengandung pesan bahwa kaum Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih dan suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika melaksanakan risalah Islam.
Kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang sangat luhur, warisan dari nenek moyang kita terdahulu, yang merupakan jatidiri dan kepribadian dari orang Jawa. kebudayaan suatu daerah merupakan ciri dari daerah tersebut, begitu juga kebudayaan Jawa merupakan ciri dari orang-orang Jawa. Maka dari itu kita sebagai orang Jawa harus mempertahankan budaya kita sendiri dan harus tetap melestarikannya, untuk menangkal masuknya budaya asing yang tidak cocok dengan kebudayaan kita, perlu kiranya untuk melestarikan seni dan kebudayaan khususnya budaya jawa, yang konon pada masa jayanya telah mampu menciptakan dan membentuk tata nilai dan perilaku kehidupan masyarakatnya.
V.                  PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, semoga makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan kita tentang islam dan kebudayaan jawa. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna tercapainya kesempurnaan tugas kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bratawijaya, thomas wiyasa, 1999, Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa.Jakarta: Pradnya Paramita.
Drs. H. Rohiman Notowidagdo.1996, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan hadis . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada .
Drs.H. M Darori Amin. 2000, Islam & Kebudayaan Jawa .Yogyakarta: Gama Media.
Kodiran. 1976, Kebudayaan dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia Jakarta: Penerbit Jambatan,
Prasetyo, Joko Tri, 1991  Ilmu Budaya Dasar. Solo: Rineka Cipta.
Sujamto.1997, Refleksi Budaya Jawa Dalam Pemerintahan dan Pembangunan. Semarang: Dahara Prize.


[1] Joko Tri Prasetyo. Ilmu Budaya Dasar (Solo: Rineka Cipta. 1991 ).hlm. 46.
[2] Ir.drs. M. Munandar Sulaeman , ms. Ilmu budaya dasar cet. kelima, (bandung: eresco 1995). hlm. 10
[3] Joko Tri Prasetyo. Ilmu Budaya Dasar (Solo: Rineka Cipta. 1991 ).hlm.47.
[4] Drs. H. Rohiman Notowidagdo. Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan hadis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 1996).hlm. 22.
[5]http://siji.phpnet.us/index.php/Islam-Budaya-Jawa/pengertian-islam-dan-kebudayaan-jawa.html
[6] Kodiran. Kebudayaan dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Penerbit Jambatan, 1976).hlm.322.
[7] Drs.H M Darori Amin. Islam & Kebudayaan Jawa (Yogyakarta: Gama Media, 2000).hlm 3-4.
[8] Kodiran. Kebudayaan dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Penerbit Jambatan, 1976).hlm. 68-69.

[9] http://wongjawa.blog.uns.ac.id/
[10] http://dloen.malhikdua.com/2011/11/09/kepercayaan-masyarakat-jawa
[11] Sujamto. Refleksi Budaya Jawa Dalam Pemerintahan dan Pembangunan (Semarang: Dahara Prize, 1997). hlm. 136-137.
[12] Thomas Wiyasa Bratawijaya. Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa.( Jakarta: Pradnya Paramita, 1997).hlm.87-100.
[13] Thomas Wiyasa Bratawijaya. Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa.( Jakarta: Pradnya Paramita, 1997).hlm.101-102.

[14] http://asa-2009.blogspot.com/2012/03/pengertian-islam-dan-kebudayaan-jawa.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar