BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam jawa
sering dipandang sebagai islam sinkretik atau Islam nominal, yang
konsekuensinya Islam Jawa bukanlah Islam dalam arti sebenarnya. atau “kurang
islam, bahkan “tidak islam” pendapat ini dibuktikan dari pendapat beberapa
ilmuan seperti Robert F. Hefner , C.C. Berg, dan Geertz.[1]
Ketika Islam
datang datang dan berinteraksi dengan nilai-nilai lama tersebut,masyarakat
sering menyebutnya sebagai nilai-nilai kebudayaan Jawa.Nilai-nilai kebudayaan yang
berkembang juga menyangkut bidang Arsitektur. Mark R. Woodward(1985) mengatakan
bahwa Islam Jawa bagaimanapun juga berakar pada tradisi dan teks suci Islam itu
sendiri.Menurutnya penting untuk mengetahui pola hubungan simbolik antara teks
suci dan situasi historis umat Islam,sehingga kita bisa melihat kehadiran
arsitektur yang memadukan nilai islam(di Timur Tengah) dengan karakteristik
lokal (Jawa) yang sudah berkembang.
Pandangan di atas akan mebantah opini dimana Islam Jawa sering
dipandang sebagai Islam sinkretik atau islam nominal,yang konsekuensinya Islam
Jawa bukanlah Islam dalam arti sebenarnya atau kurang Islam. Oleh karena itu,
penting pula memahami interelasi Islam Jawa pada bidang arsitektur. Mengingat
arsitektur (secara fisik) menunjukkan keberadaan perkembangan budaya suatu
daerah. Nisalnya dari bangunan tempat ibadah,makam,tata ruang kota,dll.Sehingga
dalam makalah ini kami akan membahas mengenai interelasi nilai jawa dan Islam
dalam bidang arsitektur.
B.
Rumusan Masalah
A.
Bagaimana sejarah arsitektur islam?
B.
Bagaimana Model arsitektur masjid di Jawa?
C.
Bagaimana tata letak Kota di Jawa?
D.
Bagaimana Model rumah orang Jawa?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah arsitektur islam
Kata Arsitektur
berasal dari bahasa Yunani,yaitu: architekton yang terbentuk dari
dua suku kata,yakni arkhe yang bermakna asli,awal,otentik,dan tektoo yang
bermakna berdiri stabil,dan kokoh. Arsitektur Islam adalah Ilmu dan seni
merancang Bangunan,kumpulan Bangunan,struktur lain yang fungsional,dan
dirancang berdasarkan kaidah estetika Islam.[2]
Secara
singkat,arsitektur adalah pengetahuan seni merancang (mendesain) bangunan.
Adapula yang mengartikan,arsitektur merupakan perkara bangun-membangun, perkara
merangkai dan menegakkan bahan satu dengan bahan lain untuk melawan gravitasi
yang cenderung menarik rebah ke Tanah.
Sedangkan
arsitektur Islam adalah arsitektur yang berangkat dari konsep pemikiran Islam.
Inti dari ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan Hadist,dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa arsitektur Islam juga memiliki inti yang sama. Dalam
kategori ini arsitektur islam yang dimaksud terkait dan terikat dengan suatu
zaman atau periode tertentu ataukaum tertentu,jadi dapat dikatakan arsitektur
Islam adalah abadi dan borderless atau tidak terbatas pada daerah
tertentu bagi kaum tertentu.
Arsitektur
Islam sebagai cerminan budaya sosial kultural ummah (masyarakat Islam) yang
tengah berkembang pada periode waktu dan tempat tertentu (selanjutnya kita
sebut arsitektur budaya Islam Jawa). Hasil karya utama dalam seni arsitektur
Islam adalah Masjid sebagai konsekuensi dari ajaran Islam yang mengajarkan
shalat dan Masjid sebagai tempat pelaksanaannya.
B.
Model arsitektur masjid di jawa
Asal mula pertumbuhan arsitektur Islam
terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW dan khulafaurasyidin. Sejarah
arsitektur Jawa-Islam sebenarnya sudah dapat dilihat sejak awal masuknya islam
di Jawa.mengingat bahwa salah satu saluran penyebaran Islam di Jawa dilakukan
melalui karya seni arsitektur,diantaranya adalah bangunan Masjid. Dalam sejarah
peradaban agama Islam, masjid dianggap sebagai cikal bakal arsitektur dalam
Islam, yakni dengan dibangunnya Masjid Quba oleh Rasulullah SAW sebagai Masjid
pertama yang dibangun.
Sementara itu,sebelum Islam masuk di Jawa
masyarakat jawa telah memiliki kemampuan dalam melahirkan karya seni
arsitektur,baik yang dijiwai oleh nilai seni asli jawa maupun jenis banguan
lain seperti kuburan,candi,keraton,dll.
Oleh karena itu ketika Islam masuk di
Jawa,arsitektur jawa tidak dapat dinafikan oleh Islam. Jadi agar Islam dapat
diterima sebagai agama orang Jawa,maka simbol-simbol Islam hadir dalam bingkai
budaya dan konsep Jawa yang kemudian memunculkan kreativitas baru sebagai hasil
perbaduan dua kebudayaan dan sekaligus sebagai pengakuan akan keberadaan
keunggulan muslim Jawa dalam karya arsitektur.
Di bawah ini beberapa contoh arsitektur masjid di Jawa :
a.
Masjid Agung Demak
Masjid Agung
Demak memiliki arsitektur yang masih bergaya Hindu dan dimodifikasi dengan
nuansa Islam. Atapnya yang terbuat dari kayu jati,bersusun tiga, menggambarkan
kaitan antara iman, Islam dan Ikhsan. Pintu masuk bangunan utama masjid ada 5
buah yang menggambarkan rukun Islam.sedangkan jendelanya 6 melambangkan rukun
Iman.
Masjid ini
merupakan satu-satunya masjid yang pertama dan tertua di Jawa. Konon
tiang-tiang utama dari masjid ini berjumlah 4 buah,tiang sebelah tenggara
dicari dan dibuat oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel),sebelah barat daya oleh
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati),Barat Laut oleh Syekh Maulana Malik
Ibrahim (Sunan Bonang),Timur Laut oleh Raden Sahid (Sunan Kalijogo) yang
membawa tiang saka setinggi 19,54 M yang terbuat dari pohon jati.
Sunan Kalijogo
yang disebut sebagai pimpinan pendirian masjid itu hanya mengumpulkan ranting
kayu, ijuk, diikat dengan tali.untuk menjaga keamanan dan kelestarian
tiang-tiang itu,kini telah ditutupi dengan kayu yang mengelilingi setiap tiang
itu.4 tiang lainnya diambil dari bangunan kerajaan Majapahit.[3]
b.
Masjid Menara Kudus
Masjid Meara Kudus terletak di Kota
Kudus,Jawa tengah. Masjid yang di bangun Sunan Kudus ini mempunyai menarayang
sanga antik,yang mencerminkan perpaduan dua budaya yaitu Islam dan Hindu Jawa.
Dibagian depan ditambah bangunan baru berupa serambi. Di atas serambi itulah
dibangun sebuah mimbar kubah yang besar bercorak arsitektur bangunan India. Di
dalam serambi terdapat menara,tetapi lebih tepat seperti bangunan candi. Pada
kaki menara berbentuk bujur sangkar,menara ini terdiri atas 3 bagian : kaki
menara,badan menara, dan puncak menara. Pada bagian mustakanya dibuat dari emas
yang diberi tangkai kaca. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa Islam tidak
merusak kebudayaan yang telah ada sebelumnya.[4]
c.
Masjid jami’ Al-muttaqin kaliwungu
Masjid jami’ Al-Muttaqin
didirikan pada abad XVII M. Pendapat ini didasarkan pada angka tahun yang ada
di makam Kyai Guru Asari,pendiri masjid ini. Tidak jauh dari lokasi
masjid,terdapat kompleks makam Kyai Guru Asari dan para keluarga serta
keturunannya pada saat ini masih dikeramatkan dan diziarahi oleh masyarakat
Kendal maupun kota-kota lain disekitarnya.
Kedatangan Beliau dan
keberadaan masjid ini yang pada mulanya hanya sebuah surau atau langgar itu rupanya
membawa perubahan besar bagi masyarakat Kaliwungu dan Sekitarnya. Yang paling
menarik dari masjid bersejarah ini adalah adalah upacara syawalan yang diadakan
setiap tanggal 7-14 syawal setia tahunnya. Upacara syawalan ini sebenarnya
adalah upacara haul wafatnya Kyai Guru Asari. Tetapi, sekarang ini kegiatan
tersebut lebih menonjol sebagai kegiatan pasar satu malam minggu. Masyarakat
muslim di Jawa Tengah,khususnya masyarakat Kendal sendiri terutama para orang
tua merasa belum sempurna kalau tidak mengunjungi upacara syawalan.
C.
Tata letak kota di Jawa
Arsitektur Islam tetap menaruh kepercayaan
pada bahan-bahan bangunan sederhana dan mempergunakan kekuatan-kekuatan
elemental alam seperti cahaya dan angin untuk sumber- sumber energinya. Ia membawa alam kedalam kota dengan mewujudkan kembali kelembutan, keselarasan dan ketenteraman alam di
dalam halaman-halaman luas masjid
dan rumah.
Sebagai sebuah karya seni, maka kemampuan
para arsitek muslim Jawa dalam mengakomodasi dua unsur kebudayaan tidak hanya dalam
bentuk masjid dan rumah, tetapi telah pula merambah pada lingkup yang lebih luas,
yakni pada tataruang sebuah wilayah. atau penataan kota.
Sejak Islam memiliki sebuah wilayah, maka sebenarnya sejak
itu pula umat Islam telah mulai memiliki kemapuan dalam menata wilayahnya.
Sama halnya ketika umat Islam memiliki wilayah di jawaini. Sebagai sebuah
kerajaan Islam jawa, Mataram yang merupakankelanjutandari penguasa kerajaan sebelumnya (Hindu
Majapahit) memiliki tata bangunan kota yang sangat
dipengaruhi oleh nilai lokal yang telah ada, dan tata nilai baru yang dibawa
oleh Islam.Oleh karenanya tata ruang kota di Jawa pasca kerajaan Hindu jawa
menggunakan konsep tata ruang yang berlandaskan pada filosofi jawa yang
muatan isinya memakai konsep Islam.
Hal ini terlihat dengan penggunaan
konsep mancapat[5]
dalam tata ruang desa-desa di jawa, tetapi unsur-unsur macapatnya dengan nilai
ajaran Islam yaitu dengan menempatkan keraton,masjid, pasar dan penjara dalam
satu komunitas bangunan yang berpusat pada alun-alun. Penataan kota semacam ini
sampai sekarang masih terus dapat disaksikan, dimana hampir setiap kota di
Jawa yang dibangun pada masa kerajaan Islam, pusat pemerintahannya senantiasa
berada dipusat kota yang terdapat alun-alun didepannya, masjid di sebelah baratnya,
penjara dan pasar disekitarnya. Kecuali itu ciri khas jalan-jalan yang membelah
dari pusat alun-alun dan perkampungan yang dihuni oleh komunitas orang santri yang disebut kauman telah menjadiciri khas tata kota di jawa.
Bentuk arsitektur tata kota yang lain dapat kita
lihat pada bangunan taman sari dan hiasan-hiasan pada keraton seperti pada
bangunan keraton yogya yang memilikihiasan kaligrafi atau huruf-huruf Arab,
gapura, masjid dan benteng.[6]
D.
Model rumah orang Jawa
Rumah merupakan
sesuatu yang penting karena mencerminkan papan (tempat tinggal), disamping dua
macam kebutuhan lainnya yaitu sandang (pakaian) dan pangan (makanan). Karena
rumah berfungsi untuk melindungi dari tantangan alam dan lingkungannya. Selain
itu rumah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan utamanya saja. Tetapi
dipergunakan untuk mewadahi semua kegiatan dan kebutuhan yang ada di dalam
rumah tersebut.
Rumah Jawa
lebih dari sekedar tempat tinggal. Masyarakat Jawa lebih mengutamakan moral
kemasyarakatan dan kebutuhan dalam mengatur warga semakin menyatu dalam satu
kesatuan. Semakin lama tuntutan masyarakat dalam keluarga semakin berkembang
sehingga timbullah tingkatan jenjang kedudukan antar manusia yang berpengaruh
kepada penampilan fisik rumah suatu keluarga. Lalu timbulah jati diri
arsitektur dalam masyarakat tersebut.
Rumah Jawa
merupakan lambang status bagi penghuninya dan juga menyimpan rahasia tentang
kehidupan sang penghuni. Rumah Jawa merupakan sarana pemiliknya untuk
menunjukkan siapa sebenarnya dirinya sehingga dapat dimengerti dan dinikmati
orang lain. Rumah Jawa juga menyangkut dunia batin yang tidak pernah lepas dari
kehidupan masyarakat Jawa.
Bentuk dari
rumah Jawa dipengaruhi oleh 2 pendekatan yaitu :
·
Pendekatan Geometrik yang dikuasai oleh kekuatan sendiri
·
Pendekatan Geofisik yang tergantung pada kekuatan alam lingkungan.
Kedua
pendekatan itu akhirnya menjadi satu kesatuan. Kedua pendekatan mempunyai
perannya masing-masing, situasi dan kondisi yang menjadikan salah satunya lebih
kuat sehingga menimbulkan bentuk yang berbeda bila salah satu peranannya lebih
kuat. Rumah Jawa merupakan kesatuan dari nilai seni dan nilai bangunan sehingga
merupakan nilai tambah dari hasil karya budaya manusia yang dapat dijabarkan
secara keilmuan.
Bentuk rumah
tradisional jawa dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan bentuk. Secara
garis besar tempat tinggal orang jawa dapat dibedakan menjadi 4:
·
Rumah Bentuk Joglo
·
Rumah Bentuk Limasan
·
Rumah bentuk Kampung
·
Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub
A.
Rumah Joglo
Dibanding 4
bentuk lainnya, rumah bentuk joglo merupakan rumah joglo yang dikenal
masyarakat pada umumnya.
Rumah Joglo ini
kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. Hal ini disebabkan rumah
bentuk joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan mahal daripada rumah
bentuk yang lain. Masyarakat jawa pada masa lampau menganggap bahwa rumah joglo
tidak boleh dimiliki oleh orang kebanyakan, tetapi rumah joglo hanya
diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja, dan pangeran, serta
orang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja. Dewasa ini rumah
joglo digunakan oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi
lain, seperti gedung pertemuan dan kantor-kantor.
Banyak
kepercayaan yang menyebabkan masyarakat tidak mudah untuk membuat rumah bentuk
joglo. Rumah bentuk joglo selain membutuhkan bahan yang lebih banyak, juga
membutuhkan pembiayaan yang besar, terlebih jika rumah tersebut mengalami
kerusakan dan perlu diperbaiki.
Kehidupan
ekonomi seseorang yang mengalami pasang surut pun turut berpengaruh, terutama
setelah terjadi penggeseran keturunan dari orang tua kepada anaknya. Jika
keturunan seseorang yang memiliki rumah bentuk joglo mengalami penurunan
tingkat ekonomi dan harus memperbaiki serta harus mempertahankan bentuknya,
berarti harus menyediakan biaya secukupnya. Ini akan menjadi masalah bagi orang
tersebut. Hal ini disebabkan adanya suatu kepercayaan, bahwa pengubahan bentuk
joglo pada bentuk yang lain merupakan pantangan sebab akan menyebabkan pengaruh
yang tidak baik atas kehidupan selanjutnya, misalnya menjadi melarat,
mendatangkan musibah, dan sebagainya.
Pada dasarnya,
rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar. Pada mulanya bentuk ini mempunyai
empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar
bersusun yang di sebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini bersusun ke atas,
makin ke atas makin melebar. Jadi awalnya hanya berupa bagian tengah dari rumah
bentuk joglo zaman sekarang. Perkembangan selanjutnya, diberikan
tambahan-tambahan pada bagian-bagian samping, sehingga tiang di tambah menurut
kebutuhan. Selain itu bentuk denah juga mengalami perubahan menurut
penambahannya. Perubahan-perubahan tadi ada yang hanya bersifat sekedar
tambahan biasa, tetapi ada juga yang bersifat perubahan konstruksi.
Dari perubahan-perubahan
tersebut timbulah bentuk-bentuk rumah joglo yang beraneka macam dengan namanya
masing-masing. Adapaun, jenis-jenis joglo yang ada, antara lain : joglo
jompongan, joglo kepuhan lawakan, joglo ceblokan, joglo kepuhan limolasan,
joglo sinom apitan, joglo pengrawit, joglo kepuhan apitan, joglo semar tinandu,
joglo lambangsari, joglo wantah apitan, joglo hageng, dan joglo mangkurat.[7]
Bercerita
soal desain rumah seakan tidak ada habisnya. Baik rumah modern maupun rumah
klasik traditional. Salah satu desain yang akan kita bahas kali ini adalah
desain yang tidak lekang oleh waktu yaitu“Rumah Joglo Jawa”Walaupun
hari ini banyak berhembus trend rumah model Eropa, Desain Mediterania, desain rumah Gothic maupun desain rumah yang lain
baik yang desain rumit maupun sederhana seperti desain rumah minimalis.
Tapi desain rumah traditional klasik warisan budaya nenek moyang kita yaitu
rumah Joglo Jawa tetap akan punya peminatnya.
Rumah
dengan model Joglo ala Jawa memiliki sebuah keistimewaan yang unik yang
merupakan ciri khas desain rumah traditional-traditional lain yang juga di
punyai rumah traditional daerah lain di Indonesia. Seperti rumah traditional
ala Sumatera, rumah traditional ala Bali dan rumah traditional model Madura.
Beberapa Keistimewaan Rumah Joglo Jawa:
1.
Material kayu jati yang di
gunakan kualitas nomor satu
Keistimewaan bangunan Jawa
untuk rumah joglo yaitu material yang digunakan adalah material kelas satu.
Kayu jati yang di gunakan biasanya menggunakan kayu jati yang sudah tua dan
betul-betul tua. Dengan material kayu jati yang super ini secara tidak langsung
memberikan aura kokoh dan kuat di dalam sebuah bangunan.
Selain menggunakan material
kayu jati yang kelas wahid, material-material lain yang di gunakan juga
berkualitas sangat bagus.
2.
Mempunyai soko guru (4 tiang
penyagga utama) sebagai penyangga utama rumah
Desain khas yang di miliki
rumah joglo jawa adalah mempunyai tiang soko guru yang terdiri dari 4 tiang di
tengah-tengah bangunan sebagi penyangga utama sebuah bangunan model joglo
simple kata bangunan jawa memiliki 4 pilar utama.
Kata soko guru juga dipercaya
memiliki sebuah filosofi kehidupan, kata soko guru ini pernah di aplikasikan
zaman orde baru sebuah filosofi pentingnya sebuah koperasi. Koperasi di
propagandakan sebagai soko guru perekonomian Indonesia. Soko guru merupakan
penyangga utama sebuah bangunan, begitupun koperasi juga soko guru ekonomi
Indonesia.
Keistimewaan bangunan jawa
joglo dengan soko guru merupakan sebuah desain yang betul-betul matang
diperhitungkan. Mana buktinya? Buktinya dengan soko guru bangunan-bangunan di
jawa diperhitungakan kuat untuk menahan daerah yang rawan dengan gempa. Banyak
bangunan kuno desain khas joglo yang masih bertahan kokoh, walaupun sudah
berkali-kali terjadi bencana di Indonesia khususnya di tanah jawa. Untuk
mempersempit ilustrasi ini, sebagi contoh bangunan-bangunan dengan desain joglo
di wilayah kasultanan Jogjakarta dan kasulatanan Solo, tidak sedikit
bangunan kuno ala Jawa yang masih berdiri kokoh walaupun sudah melewati
berbagai bencana gempa di jawa.
3.
Memiliki atap model semi-semi
piramid
Ciri khas lain yang dimilki
bangunan jawa joglo adalah desainatapnya yang khas yaitu memiliki atap model
semi-semi piramid. Atap model piramid ini bukan berarti lancip seratus persen
ala piramid di mesir. Namun rumah khas joglo jawa ini mempunyai desain atapnya
memiliki kemiringan agak ekstrim.
Keistimewaan atap model ini
adalah cepatnya untuk mengalirkan aliran hujan, sehingga atap akan cenderung
cepat kering jika terjadi hujan. Ciri khas atap bangunan ini tidak dimiliki
oleh atap-atap di dunia manapun. Atap ini khas milik bangunan jawa joglo.
4.
Sebelum membangun memiliki
hitungan-hitungan dimensi lain
Bangunan model jawa ini jika
Anda percaya soal-soal klenik memang biasanya menggunakan
perhitungan-perhitungan tertentu ala orang jawa.
Namun hari ini
perhitungan-perhitungan tersebut tidak semua orang Jawa tahu. Mereka dalam
membangun rumah ada hitungan tanggal tertentu yang tidak boleh di langgar.Terkesan
agak berbau-bau klenik memang, namun kondisi seperti itulah yang ada zaman
tempo dulu ketika orang Jawa di dalam membangun rumah.
Dalam masyarakat Jawa biasanya
di sebut dengan ilmu kejawen. Dinamakan kejawen, karena itu ciri khas ilmu-ilmu
yang di miliki orang Jawa.Namun jauh dari semua itu, sebenarnya desain dan
material bangunan yang di gunakan semuanya menggunakan kelas wahid, sehingga
mau-tidak mau menjadikan eksotiknya sebuah bangunan joglo jawa ini.
Desain rumah joglo memiliki
keistimewaan-keistimewaan lain yang mungkin belum terungkap dalam tulisan ini,
namun yang jelas model bangunan ini kaya akan filosofi dan pelajaran kehidupan.
Bukan melulu sebuah bangunan rumah yang hanya untuk melindungi penghuninya dari
sengatan panas matahari dan melindungi dari hujan, tapi sebuah rumah yang di
bangun dengan hitungan-hitungan tertentu namun penuh dengan misteri.[8]
BAB IV
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Arsitektur Islam adalah Ilmu dan seni merancang bangunan, struktur
lain yang fungsional, dan dirancang berdasarkan kaidah estetika Islam. Asal
mula pertumbuhan arsitektur islam terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafa’urasyidin.
Dan dalam sejarah peradaban Islam masjid dianggap sebagai cikal bakal
arsitektur dalam Islam.
Pola interelasi arsitektur Islam dan Jawa menghadirkan
simbol-simbol dalam bingkai budaya dan konsep Jawa,yang salah satunya terlihat
dalam bangunan Masjid, Tata letak kota, dan Model rumah di Jawa.
B.
Penutupan
Demikian makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Islam dan Kebudayaan Jawa. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini,maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan guna memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah kami
selanjutnya. Dan semoga apa yang telah kita diskusikan dapat menambah rasa
syukur serta menambah iman kita kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Azra,
Azymardi, dkk,Ensiklopedi Islam,Ichtiar baru, Jakarta, 1997
Bakir Zein,Abdul,masid-masjid
bersejarah di Indonesia,Gema Insani Press, Jakarta, 1999
Rochym Abdul, Sejarah Arsitektur Islam, Angkasa,
Bandung, 1983
[1] Drs. Rochym
Abdul, Sejarah Arsitektur Islam, Angkasa, Bandung, 1983, hlm. 26
[2] Azymardi
Azra,dkk,EnsiklopediIslam,Jakarta: Ichtiar baru,1997,hal. 166.
[3] Abdul Bakir Zein,masid-masjid bersejarah di Indonesia,(Jakarta:
Gema Insani Press, 1999) hlm.210-213
[4] Ibid .hlm. 224
[5] Mancapat merupakan tembang tradisional di tanah jawa , tetapi
ditemukan juga tembang sejenis macapat dengan nama yang lain di daerah Bali,
Sunda, Madura, menurut beberapa sumber sejarah macapat baru ada setelah
Majapahit dan Walisanga mulai berkuasa di tanah jawa.
[6]http://www.academia.edu/5761867/SEJARAH_ARSITEKTUR_ISLAM_DI_JAWA_MAKALAH_BAHASA_INDONESIA
, tgl 1 mei 2014, 10.20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar