I.
PENDAHULUAN
Kaitannya
dengan islam adalah sebagai agama, terdengar sangat suci sekali jika melihat
dari kandungan ajarannya langsung bersumber dari wahyu illahi yaitu Al-Qur’an.
Bagaimana tidak jika pembahasannya yang biasa kita dengar adalah tentang dosa
dan pahala, ditambah lagi dengan bahasa
orang tua kita (masyarakat jawa) pada umumnya mereka sangat tidak asing lagi
jika melarang sesuatu pasti dengan menggunakan ungkapan “ora ilok/awas dosa”,
dan setelah itu ungkapan kata selanjutnya “nek dhuso mlebu neraka/kalau dosa
masuk neraka”. Namun dari sisi lain dibalik ungkapan semacam itu justru lebih
mengena dan mudah dimengerti bagi masyarakat jawa khususnya terlebih dalam
mendidik kebiasan anak setiap harinya.
Hal
demikian melahirkan kesan bahwa nilai-nilai budaya Jawa lebih kuat membentuk
peradaban Islam di Jawa. Sebab, loyalitas yang muncul merupakan bentuk
ketertundukan, kepatuhan, dan rasa hormat yang tinggi kepada yang lebih tua,
dalam bahasa jawanya yang terkenal dengan ungkapan “sendiko dawuh”. Maka tradisi
membantah mengkritik, bahkan mengoreksi yang lebih tua tidak pernah terjadi.
Sebab itu menjadi sesuatu yang negatif, setingkat dengan su’ul adab dalam
syari’at Islam.
Oleh
sebab itu pemahaman arti Islam dan budaya Jawa menjadi hal yang sangat penting
agar tidak terjadi salah pemaknaan terhadap Islam dan budaya Jawa itu sendiri.
Dan dalam makalah ini, kami akan
dijelaskan tentang pengertian,
batasan wilayah (budaya), ciri-ciri budaya Jawa dan masyarakatnya dan tujuan mempelajari Islam dan budaya Jawa.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian Islam
dan Kebudayaan Jawa
B. Apa Batasan Wilayah
Budaya Jawa
C.
Apa Ciri-ciri Budaya Jawa dan Masyarakatnya
D.
Apa Tujuan Mempelajari Islam
dan Budaya Jawa
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Islam dan Kebudayaan Jawa
Islam
adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul
terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan
bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu Sin (س), Lam (ل), Mim (م) yang bermakna dasar "selamat" (Salama).
Pengertian Islam dari kata tersebut sudah cukup mengandung pesan bahwa kaum
Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih dan
suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika
melaksanakan risalah Islam.
Kebudayaan
berasal dari cultuur (bahasa belanda) = culture (bahasa inggris) = tsaqafah
(bahasa arab) berasal dari perkataan latin yaitu colore yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan
atau bertani. Dari segi istilah, budaya adalah segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan mengubah alam.[1]
Ditinjau dari segi bahasa indonesia,
kebudayaan berasal dari bahasa sansakerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan, bahwa kata
budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata budidaya, yang berarti daya
dan budi. Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa da rasa, dan kebudayaan adalah
hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.[2]
Adapun
beberapa ahli yang merumuskan definisi kebudayaan secara sistematis dan ilmiah
diantaranya:
a.
E.B. Taylor dalam bukunya
“primitive culture”mengatakan bahwa Kebudayaan adalah keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang di
dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
b.
R. Linton dalam bukunya “the cultural
background of personality”, mengatakan bahwa Kebudayaan
adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku,
yang unsur-unsur pembentukannya di dukung dan diteruskan oleh anggota dari
masyarakat tertentu.[3]
c.
M. Jacobs dan B.J. Stern
mengatakan bahwa Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi
sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan
warisan sosial.
d. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa: Kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.[4]
e.
Drs. Sidi Gazalba mengatakan Kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang
menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang
membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu.
f.
Dauson dalam bukunya”Age Of The
Gods”, Kebudayaan adalah cara hidup bersama (Culture is a common way of life).
g.
Dr.
Moh. Hatta mengatakan Kebudayaan adalah
ciptaan hidup dari suatu bangsa.
h.
Mangunsarkoro mengatakan Kebudayaan
adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang
seluas-luasnya.
i.
Haji
Agus Salim:
Kebudayaan adalah merupakan persatuan istilah budi dan daya menjadi makna
sejiwa dan tidak dapat di pisah-pisahkan.
Sedangkan ahli sejarah mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau
tradisi. Bahkan antropologi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of
life, dan kelakuan.[5] Dan
kebudayaan jawa menurut pandangan islam adalah kebudayaan yang kental dengan
ajaran-ajaran agama islam dan telah merasuk dalam masyarakat jawa dan bangsa
Indonesia pada umumnya, dan menjadikan ciri khas secara turun temurun kepada
anak cucu mereka.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh
kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem
ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
B.
Batasan Wilayah Budaya Islam
Negara Indonesia merupakan negara yang
begitu banyak ragamnya, mulai dari bahasa, suku, budaya, bahkan agama. Dengan corak
ragam itulah kita bisa mengetahui perbedaan dan ciri khas karakter seseorang.
Contoh pada masyarakat Jawa,
kita dapat mengenal seorang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa
Jawa dengan ragam dialeknya secara turun temurun. Suku bangsa Jawa adalah
mereka yang bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta
mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut. Secara geografis suku bangsa
Jawa mendiami tanah Jawa meliputi Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta,
Madiun, Malang dan Kediri. Sedangkan di luar itu dinamakan Ujung Timur.
Surakarta dan Yogyakarta yang merupakan dua bekas kerajaan Mataram pada
sekiatar abad ke- 16 adalah pusat dari kerajaan kebudayaan Jawa. Keduanya
adalah tempat terakhir dari pemerintahan raja-raja Jawa.[6]
Nenek moyang suku bangsa
Jawa tidak berbeda jauh dari suku-suku bangsa Indonesia lainnya yang menempati
Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sumatra dan Jawa yang disebut daratan Sunda. Semula
wilayah ini masih menjadi satu dengan benua Asia sebelum es mencair dan
memisahkan keduanya. Dari sisa peninggalan masing-masing budayanya dimungkinkan
ada hubungan darah di antara suku-suku tersebut, terutama dengan bangsa
Asia Tenggara terutama Indo China. Sementara itu, dibagian timur adalah
dataran Sahul, yang memunculkan Irian dan Australia. Antara Sunda dan Sahul
tersebar pulau-pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Banda dan Filipina.[7]
Sebagaimana sudah menjadi wacana yang
tidak asing lagi bahwa masyarakat Jawa sejak sebelum datangnya islam ke dalam kehidupan mereka, mereka telah
memiliki kepercayaan yaitu agama Hindu dan Budha, yang pada masa itu berada di
bawah pemerintahan kerajaan Majapahit. Masyarakat mengikuti kebudayaan yang
telah ada dalam diri mereka. Dan pada dasarnya budaya Jawa berasal dari manifestasi kepercayaan mereka terhadap Tuhan yang mereka
sembah dan mereka percayai seperti pada masa Hindu-Budha masuk ke dalam
kehidupan mereka.
Kebudayaan yang ada pada masyarakat Jawa sebelum datangnya agama di tanah Jawa yaitu bagaimaa cara
mereka menghormati para leluhur mereka dengan cara memberikan sesajen lewat
upacara adat sesuai dengan kepercayaan mereka. Sampainya pada masa Hindu-Budha
masyarakat Jawa di ajak untuk memeluk agama tersebut
dengan memberikan wadah apa saja yang orang jawa yakini dan mereka masih
memeluk agama animisme dan dinamisme.
Setelah masuknya agama Islam di tanah Jawa, kebudayaan Jawa yang asli tidak di tinggalkan,
melainkan diakulturasikan dengan ajaran Islam yang bertujuan
untuk menyembah kepada Allah SWT. Seperti dalam budaya
mengirim sesaji kepada orang yang telah meninggal atau orang yang dianggap
sesepuh oleh mereka melalui upacara tahlilan.[8]
C.
Ciri-ciri Budaya dan
Masyarakat Jawa
a.
Budaya Jawa
Kebudayaan suatu daerah merupakan ciri
dari daerah tersebut, begitu juga kebudayaan Jawa merupakan ciri dari
orang-orang Jawa. Maka dari itu kita sebagai orang Jawa harus
mempertahankan budaya kita sendiri. [9]
Ciri-ciri budaya Jawa adalah bersifat:
a. Religious
b.
Dogmatis ( bersifat
mengikuti suatu ajaran tanpa kritik sama sekali)
c.
Toleran (menghargai)
d.
Akomodatif ( bersifat dapat menyesuaikan
diri)
e.
Optimistik
d.
Masyarakat Jawa
Masyarakat jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh
norma-norma hidup karena sejarah, tradisi, maupun agama. Hal ini dapat dilihat
pada ciri-ciri masyarakat jawa secara kekerabatan. Sistem hidup kekeluargaan di
jawa tergambar dalam kekerabatan masyarakat jawa. Di jawa, anak-anak sering
dibesarkan oleh saudara-saudara, orang tua mereka, bahkan oleh tatangga, dan
anak acap kali di angkat. Hukum adat menuntut setiap orang lelaki bertanggung
jawab terhadap keluarganya dan masih dituntut untuk bekerja membantu karabat
lain dalam hal-hal tertentu seperti mengerjakan tanah pertanian, membuat rumah,
memperbaiki jalan desa, membersihkan lingkungan pekuburan dan sebagainya. [10]
Ciri-ciri utama atau sifat dasar tersebut telah
melahirkan corak, sifat dan kecenderungan yang khas bagi orang Jawa yang diantaranya adalah:
a.
Percaya kepada Tuhan yang Maha Esa, dengan segala sifat,
kekuasaan dan kebesaran-Nya.
b. Bercorak identitas,
percaya kepada sesuatu yang bersifat imateril (bukan kebendaan) dan hal-hal
yang bersifat adikodrati (supranatural=batin) serta cenderung ke arah mistik.
c.
Lebih mengutamakan cinta kasih sebagai landasan
pokok hubungan antar manusia.
d.
Percaya kepada takdir dan cenderung bersikap
pasrah.
e.
Bersifat konvergen (menyatu), universal dan
terbuka.
f.
Cenderung pada simbolisme.
g.
Cenderung pada gotong-royong, guyub, rukun dan
damai.
h.
Cenderung tidak fanatik.
i.
Luwes dan lentur.
j.
Mengutamakan rasa ketimbang rasio.
k.
Kurang kompetitif dan kurang mengutamakan materi.[11]
Ungkapan Jawa yang mengandung nilai
pedagogis/moral antara lain:
a. Aja Dumeh
Aja dumeh
ungkapan sederhana tetapi mengandung arti menadalam . bila diterjemahkan ke
dalam bahasa indonesia artinya jangan sok. Pengertian aja dumeh adalah suatu
sikap seseorang yang mendorong untuk berbuat sewenang wenangnya menurut
kehendak sendiri, sehingga lupa diri.
b. Tepa Selira
Tepa selira secara sederhana dapat
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tenggang rasa. Tepa selira merupakan
perilaku seseorang yang mampu memahami perasaan orang lain. Dengan demikian
orang yang mempunyai tepa selira tidak akan bertindak sewenang-wenang jika ia
menjadi pemimpin. Kalau dicubit merasa sakit, ya, jangan mencubit. Tepa
selira artinya mampu memahami perasaan orang lain (empati).
c.
Mawas Diri
Mawas diri adalah menandakan penelitian
dan memeriksa di dalam hati nurani, apakah tindakan yang dilakukan sudah benar
sesuai dengan noram-norma dan tata nilai ataukah belum. Mawas diri identik
dengan intropeksi.
d.
Budi Luhur
Bagi masyarakat Jawa dalam mendidik
putra-putrinya semenjak mereka kecil sudah dididik menimbang baik dan buruknya
suatu perbuatan.
e.
Sikap utama
Untuk mendukung budi pekerti luhur,
masyarakat jawa perlu memiliki sikap utama yaitu suatu sikap yang selalu
mengarah hal-hal yang baik atau utama. Sikap utama telah diuraikan panjang
lebar pada bagian depan buku yang dikandung dalam serat wulang reh karangan sri
susuhunan pakubuwono IV dalam syair-syair tembang secara singkat seperti dalam
syair dhandhanggula, kinanthi, dan sebagainya.
f.
Sikap Gugontuhon
Gugontuhon adalah suatu sikap orang Jawa yang percaya adanya takhayul yang ditandai
dengan pemikiran yang kurang logis. Gugontuhon berasal dari kata gugu artinya taat dan setia terhadap nasihat orangtua.
g.
Sikap Wani Tombok
Wani tombok berarti menanggung rugi demi harga diri.
Sikap wani tembok bagi masyarakat Jawa adalah sikap berani menanggung risiko
atau rugi.
h.
Mendhem Jero Mikul Dhuwur
Mendhem jero artinya menutupi lubang
sedalam-dalamnya dengan tanah yang telah digali, mikul dhuwur artinya mikul=
memikul; dhuwur= atas. Jadi arti harfiahnya yaitu menutup lubang sampai sedalam-dalamnya
dan memikul sampai atas. Maksud ungkapan di atas adalah kita sebagai anak atau
generasi penerus harus melenyapkan keburukan, kejelekan atau kesalahan orangtua
apalagi kalau orangtua kita sudah meninggal dunia.
i.
Sifat Gemi, Nastiti dan Ngati-ati
Gemi artinya pandai berhemat, nastiti artinya cermat dan ngati-ati artinya selalu
berhati-hati.
j.
Jer Basuki Mawa Beya
Hakikat dari ungkapan tersebut adalah
segala sesuatu yang kita cita-citakan harus disertai dengan usaha
sungguh-sungguh.[12]
k.
Alon-alon Waton Kelakon
Alon-alon waton kelakon artinya meskipun
perlahan-lahan dalm melaksanakan sesuatu, tetapi sudah ada kepastian bahwa apa
yang kita tuju akan tercapai.
l.
Ajining Dhiri Saka Obahing Lathi
Arti dari ungkapan tersebut adalah harga
diri seseorang tergantung dari apa yang dikatakan. Maksudnya tidak asal
menggerakn bibir saja (obahing lathi) asal omong saja, tetapi apa yang
diucapkan perlu dipertimbangkan baik-baik.
m.
Slumun, Slumun, Slamet (3S)
Ungkapan itu adalah bagaimana usah kita di
manapun, kapan pun, dan dalam keadaan apa pun yang penting adalah dapat
selamat.[13]
e.
Tujuan mempelajari Islam dan Kebudayaan Jawa
Tujuan mempelajari Islam dan kebudayaan
Jawa diantaranya:
1.
Memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan rasa
kesadaran kebudayaan yang mencakup suatu sikap perlunya memelihara budaya
2.
Spiritualisme, mendorong
masyarakat untuk mengimbangi derasnya arus konsumerisme budaya tersebut
dalam era globalisasi melalui peningkatan pendidikan dan keimanan.
3.
Perlunya peran seluruh elemen
masyarakat termasuk pemerintah untuk membantu masyarakat melalui pemberian
penghargaan karya seni, mendorong agar masyarakat yakin tetap berpedoman pada
kebudayaan Jawa sehingga dapat berperilaku sebagaimana orang Jawa (nJawani) dan
mencari jalan bagaimana meningkatkan penggunaan bahasa Jawa terutama Kromo inggil.
4.
Untuk menghindari gegar
budaya yang berkonsekuensi adanya pertentangan yang disebabkan karena adanya
kesalahpahaman terhadap kombinasi antara Islam dan kebudayaan Jawa. [14]
IV.
KESIMPULAN
Islam
adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul
terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan
bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu Sin (س), Lam (ل), Mim (م) yang bermakna dasar "selamat" (Salama).
Pengertian Islam dari kata tersebut sudah cukup mengandung pesan bahwa kaum
Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih dan
suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika
melaksanakan risalah Islam.
Kebudayaan Jawa adalah
kebudayaan yang sangat luhur, warisan dari nenek moyang kita terdahulu, yang
merupakan jatidiri dan kepribadian dari orang Jawa. kebudayaan suatu daerah
merupakan ciri dari daerah tersebut, begitu juga kebudayaan Jawa merupakan ciri
dari orang-orang Jawa. Maka dari itu kita sebagai orang Jawa harus
mempertahankan budaya kita sendiri dan harus tetap melestarikannya, untuk
menangkal masuknya budaya asing yang tidak cocok dengan kebudayaan kita, perlu
kiranya untuk melestarikan seni dan kebudayaan khususnya budaya jawa, yang
konon pada masa jayanya telah mampu menciptakan dan membentuk tata nilai dan
perilaku kehidupan masyarakatnya.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, semoga makalah
ini dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan kita tentang islam dan
kebudayaan jawa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tentunya jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan guna tercapainya kesempurnaan tugas
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bratawijaya, thomas wiyasa, 1999, Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa.Jakarta:
Pradnya Paramita.
Drs.
H. Rohiman Notowidagdo.1996,
Ilmu Budaya Dasar
Berdasarkan Al-qur’an dan hadis .
Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada .
Drs.H. M Darori Amin. 2000, Islam
& Kebudayaan Jawa .Yogyakarta: Gama Media.
Kodiran.
1976, Kebudayaan
dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia Jakarta:
Penerbit Jambatan,
Prasetyo, Joko Tri, 1991 Ilmu
Budaya Dasar. Solo: Rineka Cipta.
Sujamto.1997, Refleksi
Budaya Jawa Dalam Pemerintahan dan Pembangunan.
Semarang: Dahara Prize.
http://siji.phpnet.us/index.php/Islam-Budaya-Jawa/pengertian-islam-dan-kebudayaan-jawa.html jam 15.15
[1]
Joko Tri Prasetyo. Ilmu Budaya Dasar (Solo: Rineka Cipta. 1991 ).hlm. 46.
[2]
Ir.drs. M. Munandar Sulaeman , ms. Ilmu budaya dasar cet. kelima,
(bandung: eresco 1995). hlm. 10
[3]
Joko Tri Prasetyo. Ilmu Budaya Dasar (Solo: Rineka Cipta. 1991 ).hlm.47.
[4]
Drs. H. Rohiman Notowidagdo. Ilmu Budaya
Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan hadis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada ,
1996).hlm. 22.
[5]http://siji.phpnet.us/index.php/Islam-Budaya-Jawa/pengertian-islam-dan-kebudayaan-jawa.html
[6] Kodiran. Kebudayaan dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Penerbit Jambatan,
1976).hlm.322.
[7]
Drs.H M Darori Amin. Islam &
Kebudayaan Jawa (Yogyakarta: Gama Media, 2000).hlm 3-4.
[8]
Kodiran. Kebudayaan dalam Manusia dan
Kebudayaan di Indonesia (Jakarta:
Penerbit Jambatan, 1976).hlm. 68-69.
[9] http://wongjawa.blog.uns.ac.id/
[10] http://dloen.malhikdua.com/2011/11/09/kepercayaan-masyarakat-jawa
[11]
Sujamto. Refleksi Budaya Jawa Dalam
Pemerintahan dan Pembangunan (Semarang: Dahara Prize, 1997). hlm. 136-137.
[12]
Thomas Wiyasa Bratawijaya. Mengungkap
dan Mengenal Budaya Jawa.( Jakarta: Pradnya Paramita, 1997).hlm.87-100.
[13]
Thomas Wiyasa Bratawijaya. Mengungkap
dan Mengenal Budaya Jawa.( Jakarta: Pradnya Paramita, 1997).hlm.101-102.
[14] http://asa-2009.blogspot.com/2012/03/pengertian-islam-dan-kebudayaan-jawa.html
Thank you for nice information. Please visit our web:
BalasHapusGhozi
Ghozi
Thank you for nice information. Please visit our web:
BalasHapusGhozi
Ghozi